Hari itu banyak sekali pendaki, ada pendaki perempuan sampai anak kecil berusia 5 tahunan, dan itu menjadi semangat bagi saya ‘dia saja bisa masa saya gak bisa’.
Pada pukul 14.20 WIB kami akhirnya kami sampai di puncak tujuh sumur, saya hampir tidak percaya karena berhasil mencapai puncak, bahagia dan haru menjadi teman kala itu. Hafiz berkata “Kita sampai puncak karena mental dan kesabaran, kalau keduanya tidak ditanamkan pada seorang pendaki tidak akan sampai pada puncak gunung .”
Ketika dipuncak kami mengobrol dengan seorang bapak-bapak, beliau bercerita bahwa tadi beberapa pendaki yang turun lagi karena mungkin sudah tidak kuat. Kemudian Hafiz bilang ke saya “Tuh kan Bi, karena mereka gak kuat mentalnya, tadi juga kalau lu gak kuat mentalnya lu pasti bakalan turun dipertengahan .”
Seperti orang lain pada umumnya, etika kami menghabiskan logistik yang kami bawa dan berswafoto, kebetulan saat itu cuaca sedang cerah. Kami juga disuguhkan cerita mengenai sejarah tujuh sumur ini dari bapak-bapak yang tergabung dalam rombongan lain.
Pada pukul 16.30 WIB setelah berziarah kami pun turun, ketika turun puncak pun kaki saya sakit-sakit dan gemetaran, Hafiz juga sudah beberapa kali terpeleset sampai sepatunya rusak.
Sebelum sampai pos 2 kami beristirahat sejenak sembari melihat pemandangan di sore hari. Selang 20 menit beristirahat kami pun melanjutkan perjalanan turun. Menjelang magrib dengan matahari yang mulai terbenam, kami belum sampai ke bascamp.
Di perjalanan yang mulai gelap, saya yang berada di posisi paling belakang entah mengapa tiba-tiba merasa merinding dan saya mendengar suara kresek-kresek. Saya abaikan suara itu dan mencoba tetap fokus jalan, karena saya paling belakang khawatir tertinggal jauh, saat itu hanya kami bertiga yang berada di jalur karena kami tidak ikut bareng sama rombongan lainnya.