Perbincangan di WhatsApp Grup Alumni masih ramai. Sejak kematian salah seorang alumni Dwitho Frasetiandy, seolah menjadi pengingat, momen kebersamaan walaupun hanya bercanda via aplikasi menjadi mahal harganya.
“Assalamu’alaikum, reminder kawan2 Alumni. Malam ini pengajian 7 Harinya kawan kita Alm. Dwitho .Yang berkeluangan waktu diharapkan kehadirannya ya. Ba’da Isya di Rumah beliau, daerah Wisma Tajur,” kata salah satu anggota grup.
Kehilangan orang-orang tercinta misalnya karena kematian, dapat menimbulkan kesedihan mendalam. Dan biasanya butuh waktu lama bagi mereka untuk memulihkan perasaannya tersebut.
Dalam beberapa konsep agama, dianjurkan untuk menghibur keluarga mendiang. Salah satu budaya yang dibentuk di Indonesia sendiri akrab disebut tahlilan.
Budaya Menghibur Keluarga Mendiang
Selain itu, kata Tahlil juga menjadi sebuah istilah yang digunakan untuk mendoakan keluarga atau orang yang telah meninggal dunia yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan (selamatan) Tahlilan.
Budaya atau ritual Tahlil ini sendiri biasanya dipimpin oleh seorang Amil atau Lebe, bisa juga oleh ustadz atau penghulu agama setempat. Saat Tahlil berlangsung, para jamaah akan mengikuti apa yang dibacakan oleh Amil atau Lebe tersebut. Ritual Tahlil biasanya dibuka dengan Tawasul atau Hadoroh kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan juga Waliyullah yang kemudian diikuti dengan pembacaan ayat-ayat Al Quran diantaranya Surat Al Baqoroh (ayat Kursi), Al Fatihah, Al Ikhlas, Al Falaq dan Annas.
Setelah selesai membaca kalimat-kalimat Tauhid, pemimpin Tahlil akan membaca do’a sebagai penutup dari rangkaian kegiatan atau budaya Tahlilan tersebut. Setelah selesai, para jamaah kemudian bisa menikmati hidangan yang telah disediakan. Khusus di hari ketiga dan ketujuh, jamaah juga akan dibekali makanan dan minuman oleh tuan rumah. Selain Tahlilan selama tujuh hari, dikenal juga Tahlilan hari ke-40, hari ke-100 dan Haul atau Mendak (Jawa) yang biasanya digelar pada tanggal yang sama di tahun berikutnya.