Oleh : Ade Febrian. Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam (BKI) IAIN Palopo
Broken home. Yah… Sebuah predikat yang konotasinya negatif dan tentunya bukan merupakan hal yang diinginkan oleh setiap anak di dalam suatu keluarga.
Namun, tanpa disadari prilaku ini bisa saja timbul manakala secara tak sengaja, melihat ayah dan ibu bertengkar di depan matanya setiap malam, melihat mereka saling berjalan berjauhan, sehingga muncul prasaan bahwa keluarganya sudah tidak mesra lagi seperti dulu.
Tentu hal demikian bukanlah yang diinginkan setiap anak, terlebih lagi sampai mendengar kata-kata cerai atau pisah sebagai pangkal dari tindak yang kurang harmonis tersebut. Sebab hal demikian mampu menghantar seorang anak ke gerbang “Broken Home”
Perceraian, bagi kedua pasangan yang telah menikah tentu bukan hal yang menjadi keinginan, namun konflik yang tak berkesudahan, terkadang menjadi dalih untuk melahirkan sebuah solusi yang mereka pikir akan mengakhiri permasalahan mereka dan tanpa disadari menjadikan anak-anak sebagai ‘korban’ akibat tindakan tersebut.
Hal yang perlu di ingat dari sebuah perceraian adalah dampak yang ditimbulkan bukan hanya berpengaruh dari kedua pasangan tersebut melainkan anak juga mendapat imbasnya. Perlu diingat bahwa apabila tidak dilakukan pencegahan secara dini, maka akan mengakibatkan kesalahan fatal. Maka dari itu perlu disimak beberapa hal di bawah ini :
1. Berasal dari keluarga tak utuh bukan berarti menjadikan hidup tak juga utuh. Ingat, mereka tetap orangtua kalian selamanya.
“Bagi di luar sana yang meraskan hal ini,”
Ingatlah bahwa anda masih memiliki kedua orang tua, hanya saja telah berpisah dan tak lagi tinggal di satu rumah. Tapi cintanya akan terus mengalir. Sehingga jagan pernah menggap kebahagiaan telah usai.
2. Kalian masih berhak untuk bahagia.
Dalam momen-momen tertentu, rasa marah, kecewa, sedih, semua perasaan itu bercampur menjadi satu.
Rasa ingin tersenyum, tertawa, seolah-olah menjadi asing suatu yang tabuh. Menangis dan bersedih, itu yang kerap dilakukan. Mungkin, tak ada yang menyadari bahwa kalian sedang bersedih, dikarenakan kalian jarang menampakkannya pada orang-orang di sekitar.
Maka tersenyumlah, karena kalian masih mempunyai hari-hari kedepan yang panjang. Kalian juga tak boleh terus menangis dan bersedih. Di luar sana, masih banyak orang-orang yang memiliki kisah hidup, yang mungkin lebih buruk dari kalian.
3. Menjadi pribadi yang kuat dikarenakan orang-orang disekitaran anda menyangi anda.
Mungkin anda merasa bahwa telah kehilangan. Tapi, harus diingat. Masih banyak orang di luar sana yang menyayangi kalian. Kalian harus kuat demi mereka.
Menjadi kuat bukanlah merupakan suatu hal yang salah. Dengan menguatkan diri kalian, nantinya kalian akan mampu menghadapi masalah atau persoalan yang lebih besar.
4. Jangan terus larut dalam kesedihan.
Pada saat tertentu menangis semalaman di dalam kamar menjadi pilihan yang paling melegahkan, atau sekadar tak ingin mendengar penjelasan apapun dari kedua orang tua kalian.
Tindakan yang seringkali kalian lakukan adalah masuk ke kamar kalian, mengunci pintu, menutup telinga kalian, lalu mengangis tak henti-hentinya di atas tempat tidur. Kalian terus menangis, bahkan tak jarang kalian melupakan hal-hal penting lainnya. Rasanya tak ada gairah dan semangat untuk melakukan apapun. Kalian menangis, dan terus menangis.
Tapi, harus diketahui bahwa terus larut dalam kesedihan adalah hal yang tak baik?
Melupakan hal penting seperti makan, tidur, atau hal lainnya, ini mungkin akan berdampak buruk untuk kesehatan kalian. Kalian bisa sakit, dan mungkin akan membuat susah seisi rumah dan bahkan hal ini bisa menambah beban masalah bagi kedua orang tua anda.
“Bukankah sudah cukup melihat mereka terbebani dengan masalah mereka?”
Apakah anda menginginkan melihat kedua orang tua kalian bersedih lalu juga terbebani?
Sudahlah, hapus air mata itu. Jalan masih panjang.
Perpisahan kedua orang tua tidak boleh dijadikan dalih kelemahan. Coba fokus pada mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan. Sebelumnya, mimpi-mimpi itu layaknya balon di udara, yang terus kalian pegang erat-erat. Dan kalian tak ingin melepaskannya. Namun, setelah hadirnya sebuah masalah, mimpi-mimpi itu dilepaskan.
Coba anda banyangkan orang tua kalian pasti bangga dan bahagia apabila melihat anaknya masih memiliki semangat untuk terus mewujudkan cita-cita serta mimpi-mimpinya.
6. Perceraian orangtua bukanlah akhir segalanya.
“Ingatlah, bahwa setiap hal yang terjadi, baik atau buruknya. Pasti, kita akan mendapatkan pelajaran dari hal tersebut.”
Hal yang sama juga berlaku bagi anda. Meski anda menyaksikan kedua orang tua bercerai, tapi haruslah tetap semangat dan berjuang untuk diri serta hidup mendatang yang lebih baik di masa depan, dan kejadian tersebut menjadi pelajaran tersendiri bagi kalian.
Sehingga suatu saat, jika kalian membangun sebuah keluarga nanti, bangunlah keluarga dengan baik. Dan jadikanlah peristiwa buruk tentang kedua orang tua anda menjadi peringatan bagi kalian, bahwa kalian harus hidup lebih baik kedepannya.
“Perceraian kedua orang tua, bukanlah akhir, melainkan awal yang baru bagi kalian,untuk mendorong kalian untuk hidup lebih baik di masa depan.”
Oleh karenanya, wahai anak-anak hebat. Jangan bersedih, tetap semangat, tetap tersenyum. Apa yang sudah terjadi di masa lalu, biarkanlah itu menjadi pelajaran di masa depan.
Tugas anda sekarang, adalah melanjutkan hidup kalian, wujudkan mimpi-mimpi kalian. Tetap bahagiakan kedua orang tua kalian. Hidup kalian masih akan terus berlanjut.
Jangan dengarkan omongan-omongan orang lain di luar sana yang mungkin memandang rendah. Tunjukkan, walau berasal dari keluarga yang ‘broken home’, anda masih mampu berkarya dan berguna bagi orang–orang di sekitar. Tunjukkan bahwa tuduhan-tuduhan negatif yang mungkin timbul terhadap kalian, itu tidak benar.
Kalian adalah anak-anak yang kuat dan mampu.
Dan pada akhirnya,
“Yakinlah bahwa Tuhan takkan menguji hambanya, jika Tuhan tak yakin hambanya mampu menghadapinya. Kalian diuji, karena Tuhan yakin, kalian mampu menghadapinya. Semangat!”