suarahimpunan.com – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sulselbar berkunjung ke lokasi penanaman mangrove, di belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Barru, lingkungan Bawasaloe. Lokasi tersebut pada 2018 lalu, telah ditanami 1.000 mangrove oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bersama organisasi kepemudaan lainnya.
Kegiatan KNPI yang bekerjasama DLH bersama HMI MPO cabang Barru dan Kerukunan mahasiswa barru kala itu sangat progresif, sehingga menurutnya akan ada hasil. Namun naas, 1.000 mangrove yang berhasil di tanam oleh beberapa pemuda tersebut, tak satupun yang tumbuh.
“Bibit mangrove yang di berikan oleh DLH tentu sudah sesuai dan siap tanam, makanya saya waktu itu jemput langsung di Pangkep. Hari ini kami kecewa karena tak satupun yang berhasil tumbuh,” ujar Ketua HMI MPO Sulselbar, Samsuryadi, kepada Kru LAPMI Serang beberapa waktu yang lalu.
Samsuryadi menduga, ini ada kaitannya dengan air laut yang panas akibat pencemaran dari limbah cair PLTU Barru.
“Kami minta Dinas Perizinan, Dinas Lingkungan Hidup serta pihak PLTU, untuk mengecek sendiri pencemaran lingkungan serta memperhatikan (KA) ANDAL, RKL dan RPL,” katanya.
Dirinya juga mengaku sudah mengambil sampel air dan berdiskusi dengan masyarakat sekitar PLTU. Masyarakat sekitar pun menuturkan air laut di sini terlalu panas.
“Padahal mesin yang beroperasi baru satu mesin, bagaimana kalau keduanya,” ujarnya sembari bertanya.
Sebelum mengunjungi mangrove, pihaknya juga sudah diskusi dengan Rahmat selaku pihak dari PLTU. Namun responnya dinilai sangat normatif.
“Kami akan tunggu respon dari pihak terkait, jika memang tak ditanggapi, kami akan melakukan pemantauan lanjutan dan melakukan aksi dan memanggil tim penilai Amdal agar bisa meninjau kembali dari dampak yang telah terjadi,” terangnya.
Terakhir, dirinya mencatat, apabila memang dampak tersebut tidak bisa diatasi, maka lebih baik Amdal PLTU di ganti saja dan di lakukan uji publik.
“Sehingga tak memberi dampak berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar,” tandasnya. (Muf)