Oleh: Ikmal Anshary
Gerhana Bulan Total (GBT) adalah fenomena terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke bulan. Fenomena ini terjadi ketika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis lurus. Bulan akan masuk seluruhnya ke dalam bayangan inti atau umbra Bumi.
Akibatnya, tidak ada sinar Matahari yang bisa dipantulkan ke permukaan Bulan. Saat puncak gerhana Bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah. Gerhana Bulan atau khusuful qamar diprediksi akan kembali terjadi bulan November ini.
Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin menjelaskan bahwa berdasarkan data astronomis, Gerhana Bulan Total (GBT) akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan fenomena GBT dapat diamati dari Indonesia pada 8 November 2022. Dilansir dari laman resmi BMKG, durasi totalitas gerhana bulan total pada 8 November 2022 ini akan berlangsung selama satu jam 25 menit 44 detik.
Sebagaimana anjuran Rasulullah SAW ketika datangnya Gerhana Bulan/Matahari dalam hal pelaksanaannya sebagai berikut:
Hal yang dianjurkan untuk dilakukan oleh seorang Muslim apabila terjadi gerhana:
1. Memperbanyak dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan amal shalih. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Oleh karena itu, bila kaliannya melihat, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, shalat dan bersedekahlah.” (Muttafaqun ‘alaihi).
2. Keluar menuju masjid untuk menunaikan shalat gerhana berjama’ah, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Maka Rasulullah saw keluar menuju masjid, kemudian beliau berdiri, selanjutnya bertakbir dan sahabat berdiri dalam shaf di belakangnya.” (Muttafaqun ‘alaihi).
3. Wanita keluar untuk ikut serta menunaikan shalat gerhana, sebagaimana dalam hadits Asma’ binti Abu Bakr ra berkata:
“Aku mendatangi ‘Aisyah istri Nabi saw tatkala terjadi gerhana matahari. Aku melihat orang-orang berdiri menunaikan shalat, demikian pula ‘Aisyah aku melihatnya shalat.” (Muttafaqun ‘alaihi).
4. Shalat gerhana (matahari dan bulan) tanpa adzan dan iqamah, akan tetapi diseru untuk shalat pada malam dan siang dengan ucapan “ash-shalâtu jâmi’ah” (shalat akan didirikan), sebagaimana disebutkan dalam hadits Abdullah bin ‘Amr ra ia berkata:
“Ketika terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah saw diserukan “ash-shalatu jâmi’ah” (sesungguhnya shalat akan didirikan).” (HR Bukhâri).
5. Khutbah setelah shalat, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Aisyah ra berkata: Sesungguhnya Nabi saw , tatkala selesai shalat, dia berdiri menghadap manusia lalu berkhutbah.” (HR Bukhâri).
Berikut tata cara shalat gerhana:
Sebagaimana yang tertera didalam hadits Ibnu ‘Abbas ra , ia berkata: “Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Nabi saw, maka beliau shalat dan orang-orang ikut shalat bersamanya. Beliau berdiri sangat lama (seperti) membaca surat al-Baqarah, kemudian ruku’ dan sangat lama ruku’nya, lalu berdiri, lama sekali berdirinya namun berdiri yang kedua lebih pendek dari berdiri yang pertama, kemudian ruku’, lama sekali ruku’nya namun ruku’ kedua lebih pendek dari ruku’ pertama.” (Muttafaqun alaih)
1. Bertakbir, membaca doa iftitah, ta’awudz, membaca surat al-Fâtihah, dan membaca surat panjang.
2. Ruku’ dengan ruku’ yang panjang.
3. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan : Sami’a-llohuliman hamidah.
4. Tidak sujud (setelah bangkit dari ruku’ pertama), akan tetapi membaca surat al-Fatihah dan surat yang lebih ringan dari yang pertama.
5. Kemudian ruku’ lagi dengan ruku’ yang panjang, hanya saja lebih ringan dari ruku’ yang pertama.
6. Bangkit dari ruku’ (i’tidal) seraya mengucapkan: Sami’al-llohu liman hamidah.
7. Kemudian sujud, lalu duduk antara dua sujud, lalu sujud lagi.
8. Kemudian berdiri ke raka’at kedua, dan selanjutnya melakukan seperti yang dilakukan pada raka’at pertama.
9. Setelah sujud kedua dirakaat yang kedua, maka tahiyat akhir.
10. Mengucapkan salam
11. Kemudian khutbah atau mendengarkan khutbah.
Demikianlah secara ringkas penjelasan mengenai tata cara shalat gerhana.