Jakarta, suarahimpunan.com – Gembar-gembor
Kampus Merdeka kayaknya tidak semerdeka yang dibayangkan oleh orang-orang. Dalam praktiknya, mahasiswa memang dibebaskan untuk menjadikan siapapun sebagai guru dan menjadikan tempat manapun sebagai ruang untuk belajar. Namun, mahasiswa dilarang meluapkan apa yang menjadi pemikirannya terhadap rezim yang berkuasa.
Sebagai contoh, baru-baru ini
BEM UI menjadi pembicaraan yang sangat populer di dunia maya. Hal itu lantaran
BEM UI melalui akun Instagram resminya, mengunggah infografis Presiden Joko Widodo sebagai
The King of Lip Service. Tak ayal, berbagai serangan pun dihadapi oleh
BEM UI. Salah satunya dari Ade Armando yang juga merupakan Dosen di UI.
Serangan yang diberikan oleh Ade Armando pun tidak berhenti sampai persoalan unggahannya saja. Ia pun sedikitnya memberikan sentilan pribadi kepada Ketua
BEM UI, Leon Alvinda Putra, dengan mempersoalkan latar organisasi eksternal Leon, yakni
HMI.
“Ternyata Ketua
BEM UI itu Ketua
Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas
Ekonomi Bisnis UI. Hmmm kok ada ya anak ekonomi kayak gini?,” tulis Ade Armando dalam akun Instagram pribadinya.
Pihak rektorat UI pun bereaksi atas ramainya unggahan BEM UI. Pihak UI melalui Direktur Kemahasiswaan, Tito Latif Indra, mengirimkan surat pemanggilan terhadap 10 pejabat BEM dan DPM UI. Saking penting dan segeranya, pemanggilan dilakukan pada hari Minggu (27/6) yang merupakan hari libur.
Di sisi lain, para pejabat BEM UI pun mendapatkan serangan digital dari orang tak dikenal. Serangan tersebut yakni upaya peretasan akun-akun media sosial seperti WhatsApp yang terjadi pada Kabiro Humas dan Wakil Ketua BEM UI, Telegram yang terjadi pada Koorbid Sosial Lingkungan dan Instagram yang terjadi pada Kadept Aksi dan Propaganda.