“Innalillahi wa innailaihi roojiuun, telah meninggal dunia akibat kecelakaan, teman, sahabat serta saudara kita, Dwitho Frasetiandy,”
Demikian berita yang tersebar dalam grup WhatsApp alumni SMA. Seketika, terasa ada kekosongan karena secara mendadak hilangnya sesosok sahabat yang selama ini dikenal supel dan mudah menolong siapa saja.
Ketika seorang teman baik meninggal, tidak ada kata-kata yang bisa mengisi kekosongan dalam hidup Anda. Jika Anda seperti kebanyakan orang, pikiran Anda mungkin mencari jawaban untuk pertanyaan yang tidak dapat dijawab, “mengapa?”
Tetapi seperti yang Anda tahu, kematian tidak dapat dihindari dan dapat mengunjungi kapan saja serta siapa saja.
Kematian seorang teman adalah kehilangan yang dihadapi sebagian besar orang pada suatu saat dalam kehidupan mereka. Tapi terkadang, kesedihan tersebut kerap tidak dianggap serius oleh dokter, atau orang lain.
Dalam hierarki kesedihan , yaitu skala yang digunakan untuk menentukan siapa yang dianggap sebagai pelayat yang lebih sah daripada yang lain, menempatkan anggota keluarga di urutan teratas. Untuk alasan ini, seorang teman dekat yang melayat dirasa terpinggirkan dan tidak tergambarkan kesedihannya.
Belum ada banyak penelitian tentang dampak kematian teman pada seseorang, namun penelitian The Conversation mencoba untuk melakukan studi tentang hal tersebut. Dari hasil risetnya, ditemukan bahwa kehilangan teman bukanlah hal yang sepele, kematian tersebut dapat berdampak terhadap kesehatan dan kesejahteraan orang-orang yang kehilangan teman dekat, bahkan hingga 4 tahun setelahnya.
Hasil penelitian yang diterbitkan dalam PLOS ONE, dianalisis tanggapan dari survei rumah tangga Australia terhadap lebih dari 26.000 orang. Dari orang-orang yang menyelesaikan survei, lebih dari 9.500 telah mengalami kematian seorang teman dekat.