Serang, suarahimpunan.com – Mahasiswa jurusan Pendidikan Khusus (PKh) Untirta ciptakan alat bantu untuk tunarungu, saat berkendara di jalan raya. Alat bantu tersebut berupa gelang yang akan bergetar, ketika mendeteksi suara klakson kendaraan kendaraan bermotor.
Salah satu pencipta alat tersebut, Fauzil Ayuf Firmansyah, mengatakan bahwa penciptaan alat tersebut, dikarenakan banyaknya kasus kecelakaan yang menimpa pengendara tunarungu.
“Banyak dari anak tunarungu yang juga merupakan pengendara sepeda motor. Dan banyak sekali yang tertimpa musibah, karena tidak dapat mendengarkan suara klakson,” ujarnya saat ditemui di Kampus C Untirta, Selasa (12/6).
Melihat kondisi tersebut, lanjut Fauzil, ia dan teman-temannya memiliki ide untuk dapat menciptakan alat, yang dapat mendeteksi suara klakson, lalu bergetar. Sehingga, penyandang tunarungu menjadi sadar ketika diklakson.
“Permasalahan tersebut yang memberikan kami ide untuk menciptakan alat ini. Alat ini kami beri nama Deaf Censor Bracelet atau Gelang Sensor Tunarungu,” jelasnya.
Untuk biaya, Fauzil mengaku bahwa pihaknya hanya menghabiskan kurang lebih Rp300.000 saja. Adapun untuk lama pembuatan, Ia mengaku membutuhkan selama tiga bulan.
“Untuk komponennya sendiri, kami menggunakan alat seperti Baterai, Sensor suara, Arduino Nano, LED, Vibrator, dan software untuk mengaturnya,” ujarnya.
Ia pun berharap, alat yang ia dan teman-temannya ciptakan, dapat mempermudah penyandang tunarungu saat mengendarai sepeda motor.
“Kami berharap, alat ini bisa membantu dan mempermudah anak tunarungu dalam mengendarai motor,” ucapnya.
Sementara itu, Dosen Pembimbing penciptaan alat tersebut, Toni Yudha Pratama, mengatakan bahwa alat ini merupakan proyek dari matakuliah Teknologi Asistif di jurusan PKh Untirta.
“Jadi matakuliah ini merupakan matakuliah baru. Para mahasiswa didorong untuk menciptakan alat-alat bantu bagi para penyandang disabilitas,” katanya saat ditemui di Laboratorium PKh Untirta.
Menurutnya, hampir seluruh mahasiswa yang mengampu matakuliah tersebut, berhasil menciptakan alat yang sangat membantu untuk penyandang disabilitas.
“Ada yang menciptakan pendeteksi warna, Scooter Mobile, Baby Walker untuk penderita Cerebralpalsy, Tongkat sensor tunanetra, dan banyak lagi. Salah satunya Gelang Sensor Tunarungu yang merupakan alat yang baru ada saat ini,” ungkapnya.
Ia sangat mengapresiasi alat-alat yang diciptakan oleh mahasiswanya. Bahkan menurutnya, ia akan mengajukan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk beberapa ciptaan.
“InsyaAllah, dua minggu kedepan akan kami ajukan HAKI untuk beberapa alat. Salah satunya yaitu alat sensor tunarungu dan tongkat sensor tunanetra,” ujarnya.
Selain itu, ia mengungkapkan kekaguman terhadap para mahasiswanya. Karena, dengan biaya yang minim, dapat menciptakan terobosan baru untuk membantu tunarungu.
“Ini biayanya dibawah sejuta loh mas. Bahkan dibawah Rp500.000. Dengan biaya segitu, mereka mampu menciptakan alat yang sangat berguna,” ucapnya.
Ia pun mengatakan bahwa, pihak jurusan akan terus mendampingi para mahasiswanya, agar bisa mendapatkan investor yang ingin berinvestasi pada alat tersebut.