Serang, suarahimpunan.com – Heboh jagat maya karena masuknya Atta Halilintar, seorang Youtuber ternama, dalam soal ujian kelas V salah satu SD di Kota Serang masih terus berlanjut. Hal tersebut menuai kritik dari berbagai kalangan baik Akademisi, Dewan, Mahasiswa, maupun Warganet.
Namun berbeda diungkapkan oleh salah satu penulis ternama asal Banten, Niduparas Erlang. Nidu, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa tidak ada yang salah dari soal tersebut.
“Tak ada yang salah dengan soal ulangan kenaikan kelas ini. Sebagai soal untuk mapel Bahasa Indonesia kelas V, teks bacaan yang mesti disimak peserta ulangan untuk dapat menjawab enam pertanyaan itu, nomor 1 sampai nomor 6, hanyalah sebuah bacaan yang ringan, yang dikutip dari sebuah pemberitaan,” katanya kepada Kru LAPMI Serang melalui pesan elektronik, Jumat (31/5).
Menurutnya, jika dianalisa, keenam soal yang disajikan dalam ujian tersebut masuk dalam kategori yang mudah bagi siswa SD kelas V.
“Tampaknya, jika mesti dianalisis, keenam butir soal itu akan tergolong sebagai butir soal yang tingkat kesukarannya cukup rendah, dengan ketersediaan teks bacaan yang diacunya,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa untuk dapat menyimpulkan apakah sebuah soal dianggap bermasalah atau tidak, dapat dilihat dari Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai.
“Kita tak bisa berkesimpulan bahwa soal itu bermasalah sebelum mengecek lebih jauh KD yang ingin dicapai. Sementara pemberitaan yang berkembang cenderung tidak mengarah ke sana, tapi lebih pada siapa tokoh yang ditampilkan,” ucapnya.
Oleh karena itu, ia menuturkan bahwa saat ini permasalahannya bukan pada ada atau tidaknya tokoh yang lebih baik yang dapat diteladani didalam soal ujian.
“Tapi pada bagaimana kita menilai sebuah soal ujian, yang ukurannya bukan pada hal-hal di luar soal itu sendiri,” terangnya.
Sehingga, ia pun menegaskan kembali bahwa tidak ada yang salah dalam materi soal tersebut.
“Jadi, bagi saya, tak ada yang salah dengan soal ulangan itu,” ungkapnya.
Nidu mengaku, yang salah dalam permasalahan ini adalah mereka yang menggunakan cara berfikir melalui sudut pandang orang tua.
“Bagi saya, yang salah hanyalah cara berpikir orang tua, orang dinas, dan wartawan yang menulis berita dengan sudut pandang orang tua, yang menganggap bahwa soal ujian itu berhubungan langsung dengan kehidupan sosial para siswa,” tuturnya.
Ia pun menyalahkan kecenderungan berfikir masyarakat dalam menilai baik atau buruknya pekerjaan dari sudut pandang sendiri.
“Yang salah adalah kecenderungan kita untuk merendahkan orang lain, atau menganggap satu kegiatan atau pekerjaan lebih buruk dari satu kegiatan atau pekerjaan lain,” tuturnya.
Menurutnya, baik Youtuber maupun pekerjaan lainnya merupakan pekerjaan yang tidak boleh direndahkan. Bahkan Nidu mengatakan, saat ini Youtuber sudah menjadi cita-cita dari banyak siswa saat ini.
“Youtuber saat ini sudah menjadi cita-cita beberapa siswa,” tandasnya. (Dzh)