SERANG, suarahimpunan.com – Sejumlah organisasi mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Gerakan Mahasiswa Pelajar untuk Rakyat (Gempur) Banten menggelar aksi unjuk rasa memperingati Hari Pelajar Internasional. Dalam aksi tersebut, mereka menuntut agar pemerintah melakukan pembenahan terhadap infrastruktur dan sistem pendidikan.
Berdasarkan pantauan di lapangan, mulanya massa aksi akan melakukan longmarch ke Alun-alun Kota Serang. Namun tiba-tiba, massa aksi kembali ke lampur merah Ciceri untuk melangsungkan aksi mereka di sana.
Massa aksi dari HMI MPO Cabang Serang, Agung Rizky Jamas, dalam orasinya menyampaikan terkait kondisi guru honorer di Kota Serang yang dinilai memprihatinkan. Ia mengatakan, guru honorer mendapatkan penghargaan yang minim dari pemerintah, bahkan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Guru honorer di Kota Serang hanya mendapatkan penghargaan sebesar Rp200 ribu per bulannya. Bagaimana bisa dengan besaran tersebut mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,” ujarnya dalam orasi, Rabu (17/11).
Ia mengatakan, guru honorer saat ini menjadi tulang punggung pendidikan di Kota Serang, mengingat jumlah guru PNS yang ada di Kota Serang lebih sedikit dibandingkan dengan guru honorer. Sehingga, jika guru honorer tidak mendapat gaji yang layak, dapat berimbas pada kualitas mengajarnya.
“Bayangkan jika guru honorer itu tidak semangat dalam mengajar, karena memang yang dipikirkan adalah bagaimana bisa makan di esok hari. Sedangkan guru honorer ini lebih banyak dibandingkan dengan guru PNS, artinya mereka adalah tulang punggung pendidikan saat ini,” jelasnya.
Maka dari itu, pihaknya menuntut agar pemerintah, khususnya Pemkot Serang, untuk dapat memberikan penghargaan yang lebih layak kepada para guru honorer. Sehingga, kualitas pendidikan dapat lebih baik ke depannya.
Aksi unjuk rasa yang diisi dengan orasi, puisi serta lagu-lagu khas mahasiswa itu mulanya berjalan dengan damai. Hingga akhirnya massa aksi membakar petasan asap serta membakar ban di tengah persimpangan lampu merah.
Hal itu pun membuat aparat Kepolisian yang telah berjaga lengkap dengan mobil water cannon, menembakkan air ke arah api. Api tidak mati, namun massa aksi terpencar akibat tembakkan air dari mobil water cannon tersebut. Bahkan terdapat beberapa massa aksi yang terpental akibat tembakkan water cannon tersebut.
Usai terpencar, massa aksi pun kembali mengatur barisan. Setelah beberapa saat, massa aksi pun memutuskan untuk kembali ke Kampus UIN SMH Banten dan membubarkan diri.
(NSRL)