Serang, suarahimpunan.com – Revitalisasi kawasan
Banten Lama nyatanya menyisakan polemik. Hal tersebut dikarenakan dalam melakukan revitalisasi, tidak mengindahkan aspek arkeologis.
Selain itu, kegiatan revitalisasi tersebut seakan dilakukan dengan tidak serius. Sebab, banyak bangunan yang telah direvitalisasi, sudah mulai terlihat rusak.
Berdasarkan penelusuran Kru
LAPMI Serang, setidaknya terdapat beberapa bangunan yang sudah terlihat rusak, seperti tempat duduk melingkar yang lantainya sudah mulai pecah, keramik yang tidak berisi semen, dan cat yang mulai memudar.
Selain itu, banyak dari keran di tempat wudhu wanita, ternyata tidak mengalirkan air. Belum lagi dari segi pengamanan, masih sangat minim. Terlihat, meskipun sudah diperingatkan berkali-kali melalui pengeras suara, masih banyak pengunjung yang menggunakan alas kaki, dan merokok di area Masjid.
Akademisi Universitas Indonesia (UI), Chaidir Ashari, menuturkan bahwa dalam melakukan revitalisasi cagar budaya, diharuskan adanya kajian arkeologis terlebih dahulu. Hal tersebut, lanjutnya, menjadi penting karena berkaitan dengan sejarah masa lalu, dan bukti peninggalannya.
“Oleh karena itu, revitalisasi yg ada tidak bisa dilakukan sembarangan. Itu yg harusnya menjadi Pekerjaa Rumah untuk para stakeholder yang terkait. Begitu pula apa yg dilakukan
Pemprov Banten terhadap Kawasan
Banten Lama,” ujarnya yang juga merupakan dosen Program Studi Arkeologi UI kepada Kru
LAPMI Serang, Minggu (7/7).
Menurutnya, jika pemerintah hanya mengejar sisi estetika saja, yang tersisa dalam cagar budaya tersebut, hanyalah titik foto yang baik untuk media sosial, tidak menyisakan sisi edukatif.