“Dan kita ketahui pula bahwasanya tuna susila itu adalah bagian dari masyarakat yang memang perlu diarahkan kepada hal-hal yang baik, supaya tempat hiburan malam sirna dari Kota Serang. Kita hadir sebagai elemen mahasiswa untuk menyampaikan kepada pemerintah Kota Serang bahwasanya tempat hiburan malam harus dihilangkan,” tegasnya.
Sementara itu, massa aksi lain, Hafiz Nur Arifin, menyoroti terkait kesejahteraan tenaga non PNS (honorer). Dalam orasinya, Hafiz menuturkan bahwa upah yang diterima oleh guru non PNS tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup dalam sebulan.
“Mau sampai kapan guru honorer itu kededeuh-nya 250 ribu perbulan? Buat beli susu aja kurang, buat beli minyak aja kurang, sedangkan SPP anaknya aja 500 ribu,” paparnya.
Hafiz pun menegaskan apabila kesejahteraan tenaga non PNS tidak ditindaklanjuti, maka pihaknya akan kembali menggelar aksi dengan massa yang lebih banyak.
“HMI MPO Cabang Serang menuntut pemimpin yang duduk adem-adem si AC sana untuk mensejahterakan guru non PNS dan tenaga non PNS, apabila tidak keluar keputusan kesejahteraan tenaga non PNS maka kita akan mendobrak masuk,” terangnya.
Di samping itu, BPH Korps HMI-wati (KOHATI) Serang Raya, Silvani Rizki Amalia, mengungkap bahwa Kota Serang sangat rawan terhadap kekerasan seksual, baik bersifat verbal maupun non verbal.
“Dalam survei cepat yang dilakukan oleh teman-teman KOHATI, ternyata Kota Serang ini 93,3 persen belum aman dari kekerasan seksual. Ini kan artinya Kota Serang ini sangat rawan, parahnya lagi korban tidak berani melaporkan apa yang dialami. Kalau ini tidak segera diatasi, besar kemungkinan yang namanya pelecehan akan menjadi hal lumrah, tentu ini akan sangat membahayakan,” tandasnya.