MATARAM, suarahimpunan.com – Pengurus Korps HMI-Wati (Kohati) Cabang Mataram periode 2022-2023 resmi dilantik pada Minggu (26/6). Pengurus Kohati dilantik langsung oleh Ketua Umum HMI Cabang Mataram, Tata Sapriadin, berlokasi di Aula Graha Bakti Praja NTB.
Pelantikan yang bertemakan ‘Ijtihad Kolaborasi HMI sebagai Pelopor Membangun Masyarakat yang Rahmatan lil Alamin‘ dilangsungkan bersamaan dengan pelantikan Pengurus HMI Cabang Mataram.
Ketua Umum HMI Cabang Mataram, Tata Sapriadin, dalam sambutannya mengungkapkan harapannya agar Pengurus HMI Cabang Mataram dapat berkolaborasi dengan Kohati Cabang Mataram sehingga bisa bersama-sama mewujudkan tujuan dari HMI.
Sementara itu, Ketua Kohati Cabang Mataram, Raihanil Jannah, mengungkapkan bahwa dalam perkembangannya, Kohati menjadi sebuah wadah aspirasi berkumpul para perempuan dalam menyelesaikan permasalah perempuan yang semakin beragam.
“Kohati sendiri merupakan lembaga khusus yang didirikan oleh HMI karena beberapa faktor pada masa itu. Salah satu faktor yaitu karena kapasitas HMI-Wati yang pada saat itu semakin banyak, permasalahan perempuan yang beragam dan kompleks sehingga HMI-Wati butuh sebuah wadah yang bisa menampung dan mengolah aspirasi mereka,” ujarnya.
Selanjutnya Jannah juga mengungkapkan dari berbagai faktor yang ada, akhirnya HMI membentuk Kohati yang merupakan salah satu bentuk kepedulian HMI terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para HMI-Wati.
“(Dari faktor yang ada-RED) Sehingga HMI mendirikan lembaga khusus kohati pada tgl 17 September 1966 dan ini juga sebagai bentuk kepedulian HMI terhadap perempuan, terhadap Permasalahan-permasalahan perempuan,” ungkapnya
Ia pun menambahkan, bahwa dalam islam sendiri tidak ada pembedaan perlakuan terhadap laki-laki ataupun perempuan dari segi pendidikan.
“Dalam Islam pun tidak ada larangan terhadap perempuan untuk menempuh pendidikan, karena ayat pertama dalam Al-Quran yaitu memerintah untuk membaca, dan ini tidak disebutkan secara khusus baik untuk laki-laki saja atau perempuan saja,” katanya.
Kemudian ia juga berharap agar Kohati ke depannya dapat ikut andil dalam setiap kegiatan HMI dan dapat berkolaborasi dengan lembaga lainnya. Ia juga mengatakan bahwa hal ini merupakan kewajiban Kohati yang mempunyai peran penting dalam HMI.
“Kohati merupakan lembaga yang penting dalam HMI sehingga harus ikut andil dalam semua kegiatan HMI sama seperti dengan lembaga khusus yang lainnya. Seperti tema yang diangkat oleh kepanitiaan yaitu Ijtihad kolaborasi HMI sebagai pelopor membangun masyarakat yang Rahmatan lil Alamin, jadi sudah pasti disitu ada kolaborasi antara potensi-potensi dari seluruh elemen yang ada didalam kohati,” ujar Jannah yang baru saja dilantik.
Selain itu, ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kohati Komisariat dan seluruh HMI-Wati serta Ketua Umum HMI Cabang Mataram atas amanah yang diberikan. Ia mengutip ucapan dari Demisioner Ketua Umum HMI Komisariat Bintang periode 2021-2022.
“Ketua itu harus siap berada di semua posisi, di posisi depan ia menjadi penunjuk arah, di posisi tengah ia menjadi penetral dan diposisi belakang ia sebagai penopang apabila salah satu tiang rusak dan roboh sehingga organisasi itu sendiri bisa berdiri seperti semula,” terangnya.
Ia pun meneruskan bahwa saat ini permasalahan yang dihadapi perempuan semakin rumit dan cukup berat dihadapi disebabkan berbagai faktor yang ada.
“Berkaitan dengan masalah perempuan yang dialami saat ini semakin kompleks dan berat. Tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan termarjinalisasi hanya karena menjadi seorang perempuan, karena pengalaman-pengalaman biologis seperti melahirkan, menyusui dan lain sebagainya, serta budaya-budaya dalam masyarakat di beberapa daerah yang masih awam,” ungkapnya.
Di akhir ia mengungkapkan bahwa Kohati Hadir agar bisa membebaskan masyarakat, terkhususnya perempuan agar terlepas dari budaya diskriminasi yang masih mengekang kemerdekaan para perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
“Sehingga harapannya HMI sebagai lembaga yang benar-benar mengerti akan perempuan dalam hal yang baik. Kohati sebagai wadah bergeraknya perempuan serta mengajak dan berusaha memerdekakan perempuan di luar sana yang masih terkungkung oleh budaya sehingga tidak bisa bersekolah tinggi seperti yang dirasakan oleh Kohati saat sekarang,” tandasnya. (Sri Nurningsih/RED)