Suarahimpunan.com – Pengurus besar Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (PB HMI MPO) menyayangkan tindakan represif aparat ketika menangani kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10).
Akibat penanganan kerusuhan yang disebut melanggar SOP FIFA mengakibatkan ratusan orang menjadi korban. Dilansir dari laman kompas.com, Tim Kedokteran Polisi (Dokpol) mengungkap bahwa data korban yang tercatat hingga Senin siang (3/10) mencapai 450 orang, 125 diantaranya dinyatakan meninggal dunia.
Ketua Komisi Pemuda dan Mahasiswa PB HMI MPO, Ary Kapitang, mengatakan bahwa pihaknya sangat menyayangkan tragedi kerusuhan yang terjadi di arena Stadion.
“Kami sangat menyayangkan tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap suporter Arema FC, sehingga menyebabkan 129 nyawa meninggal dunia. Hal tersebut kemungkinan masih bisa bertambah karena info-info lain sedang kami tampung,” ujarnya, Senin (3/10).
Kapitang pun menekankan agar pihak yang terlibat dalam tragedi ini dapat diproses secara hukum yang transparan dan objektif.
“Terlebih panitia pelaksana yang menurut informasi mereka telah memaksakan diri agar pertandingan digelar di malam hari, padahal sudah diusulkan untuk diadakan pada sore harinya dan juga kelebihan jumlah penonton juga bisa menjadi penyebab akan tragedi itu,” jelasnya.
“Tragedi ini adalah sejarah yang sangat buruk dalam sejarah sepakbola tanah air bahkan juga di internasional. Dengan kejadian ini akan berdampak buruk terhadap sepakbola tanah air, terlebih Indonesia pada tahun 2023 mendatang akan menjadi tuan rumah piala dunia U-20,” tambahnya.
Kapitang pun menuturkan bahwa pihaknya mendesak Kapolri untuk sementara waktu mencabut izin penyelenggaraan kompetisi liga yang diselenggarakan oleh PSSI.