SERANG, suarahimpunan.com – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menjadi salah satu lokasi pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk calon mahasiswa jalur SBMPTN.
Pelaksanaan UTBK gelombang pertama di Untirta ini mendapat kritikan dari mahasiswanya sendiri, terkait pelayanan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mengikuti UTBK.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pendidikan Khusus (Hima PKh) Untirta, Nedi Saputra, mengungkap bahwa tepat di hari kedua pelaksanaan UTBK, ia mendapati ada dua ABK tunanetra yang mengikuti tes di Untirta.
“Untirta salah satu perguruan tinggi yg menjadi tempat tes UTBK jalur masuk SBMPTN, dimana di beberapa fakultas tepatnya di salah satu ruangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Untirta, ada dua orang anak berkebutuhan khusus tunanetra yang mengikuti UTBK jalur SBMPTN ini,” ujarnya, Kamis (19/5).
Nedi mengaku sangat kecewa karena mahasiswa Pendidikan Khusus tidak dilibatkan langsung dalam pelaksanaan UTBK untuk mendampingi ABK yang mengikuti tes.
“Saya Nedi Saputra sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pendidikan Khusus sangat kecewa, bahwa kami dari Pendidikan Khusus tidak terlibat dalam pelaksanaan UTBK yang ada di Untirta itu sendiri, yang mana padahal jelas mereka sangat butuh pendampingan dalam melaksanakan UTBK tersebut,” ungkapnya.
“Tapi panitia UTBK dari Untirta tidak ada melibatkan kawan-kawan jurusan Pendidikan Khusus sehingga hal ini membuat kecewa, karena kawan-kawan disabilitas harus didampingi guru dari sekolah masuk ke ruangan, yg seharusnya panitia harus jeli memperhatikan hal seperti ini,” tambahnya.
Nedi juga mengungkap bahwa ABK yang menjadi peserta UTBK berharap agar Untirta dapat menyediakan jalur tes khusus bagi penyandang disabilitas.
“Pada hari Kamis 19 Mei 2022 pukul 6.45 WIB saya melakukan analisis ke lapangan untuk menemui anak berkebutuhan khusus dan guru anak tersebut, tanggapan dari peserta UTBK sangat berharap agar Untirta bisa menyediakan jalur tes khusus untuk kawan-kawan disabilitas,” terangnya.
“Karena betapa sulitnya tes UTBK untuk mereka dengan materi yg tidak mereka pelajari sebelumnya, ini merupakan bentuk tidak efektifnya jika kawan-kawan anak berkebutuhan khusus harus mengikuti tes seperti anak pada umumnya,” imbuhnya.
Nedi juga menceritakan obrolannya dengan salah satu pendamping ABK yang hadir saat itu.
“Kemudian segelintir guru dari anak tersebut bertanya aa dari himpunan mahasiswa Pendidikan Khusus? Saya menjawab iya Pak saya dari Hima PKh, kemudian beliau bertanya lagi kenapa a tidak menjadi pendamping di pelaksanaan UTBK untuk kawan-kawan Disabilitas? Padahalkan di Untirta sendiri sudah ada jurusan Pendidikan Khusus kenapa tidak dilibatkan. Nah ini Pak yang masih saya pertanyakan, kenapa hal ini tidak terpikirkan oleh panitia UTBK yg ada di Untirta,” jelasnya.
Ia pun menuturkan bahwa pihaknya akan mengusahakan agar pelaksanaan UTBK ke depannya dapat melibatkan mahasiswa PKh untuk mendampingi peserta dengan kebutuhan khusus.
“Tapi saya akan berusaha semoga di tahun depan panitia UTBK dari Untirta bisa melibatkan kawan kawan dari jurusan pendidikan khusus untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan UTBK di Untirta sendiri,” tandasnya.
(RED)