بسم الله الرحمن الرحيم
🌊
DUA MASALAH BESAR YANG DIABAIKAN 🌊
A. Masalah pertama: Perselisihan jumlah rakaat shalat tarawih? 🔥
Permasalah rakaat terawih masih saja diperbincangkan. Umumnya perselisihan antara 11 rakaat dan 23 rakaat.
Tanggapan (penulis):
Jika kita sedikit melirik sejarah perubahan rakaat terawih kita akan dapati banyak sekali pendapat tentang jumlah bilangan terawih, misalnya:
1. 11 rakaat zaman nabi ini Ma’ruf
2. 23 rakaat zaman Umar bin Khattab
3. 39 rakaat zaman Umar bin Abdul Aziz, ini juga pendapat Ibnu qudamah dalam kitabnya al-Mughni (kitab rujukan Mazhab Hanbali). Ada riwayat yang mengatakan bahwa 16 rakaat itu ijtihad Umar bin Abdul Aziz saat menjadi gubernur Madinah. Hal ini disebabkan karena tatkala melihat org Makkah saat istirahat dari 4 rakaat tarawih, mereka terbiasa thawaf terlebih dahulu dan melanjutkan shalat tarawihnya kemudian. Artinya ada 4 kali thawaf yg dilakukan penduduk Makkah setelah kepemimpinan Umar bin Khatab. Satu kali thawaf dianggap 4 rakaat, maka 4 X 4 berjumlah 16 rakaat.
4. 48-49 di tempat Ibnu Hazm andalusi-Spanyol (ulama rujukan Mazhab Zohiri), juga al-Aswad bin Yazid.
5. Sebagian Mazhab Maliki 13 rakaat.
Hanya sajah mereka tidak pernah membid’ahkan satu sama lainnya, karena rakaat tarawih itu tidak diketahui ketentuan baku jumlah rakaatnya menurut ulama-ulama besar fiqih. Hal ini sebab keumuman hujjahnya:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa shalat malam pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya diampunilah dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR. Mutafaqqun ‘Alaih).