Oleh: Kanda Ocit Abdurrosyid Siddiq
Baru-baru ini di media sosial beredar video yang menayangkan seorang pria dewasa yang berceloteh tentang kebiasaan pelaku kejahatan yang mendadak berbusana muslim.
Dia menyatakan bahwa kebiasaan tersebut sebagai bentuk framing untuk menjatuhkan dan mencemarkan citra mulia agama. Dia mencontohkan PC istri FS yang mengenakan busana muslimah ketika dipanggil penyidik.
Menurutnya, mendadak seolah religius itu sesuatu yang “luar biasa”. Lalu mempertanyakan ide siapa tampil seperti itu yang publik mengesaninya sebagai seorang muslimah? Berkelit dengan mengatakan bahwa tidak identik dan menutupi rasa duka, menurutnya tidak bisa diterima.
Contoh lain yang dia sampaikan adalah penampilan pelaku pembunuhan atas seorang purnawiran letnan kolonel di Lembang Bandung. Sepintas mirip warga keturunan, tapi ketika diperiksa oleh penyidik, berpenampilan religious; memakai peci.
Lalu menambahkan contoh lain, yaitu Jaksa Pinangki, yang tampil “solehah” dengan menggunakan kerudung. Berbeda dengan penampilan keseharian sebelumnya yang modis dan berbusana selutut, menyisakan bagian tubuh lainnya yang dianggap aurat.
Pada bagian akhir, dia menyimpulkan bahwa semua ini adalah framing. Lalu menyertainya dengan menjawabnya sendiri, bahwa penampilan para penjahat itu sepertinya sedang meraih simpati dari masyarakat. Tapi, ini bisa merusak citra Islam.
Sebagai penutup, dia menyampaikan rasa kecewa ketika di tengah gencarnya larangan menerapkan politik identitas, mengapa disisi lain aparat penegak hukum sendiri melakukan hal itu.
Seperti biasa, tanpa harus melakukan tarik nafas dulu, para netizen langsung membombardir tayangan berdurasi 2 menit 23 detik itu, dengan sumpah serapah. Siapa yang dimaki? Siapa lagi kalau bukan rezim yang berkuasa saat ini.