Literatur

Hubungan Kematian dengan Manusia (Menurut Louis Leahy)

Published

on

Oleh: Ulyanah, Mahasiswa .
Uly.ulyanah27@gmail.com

Filsafat Kematian [Philosophy of death] tidak melibatkan jawaban pada iman manusia atau agama tetapi diskursus pemikiran dan hasil kontemplasi bertahun-tahun. Maka semua teks dalam narasi tulisan ini mendasari pada upaya manusia memahami secara filsafat [theoria] hakekat kematian manusia. Perbincangan tentang kematian memang bukanlah hal yang sederhana baik karena ketidak jelasan yang disebabkan oleh ketiadaan pengalaman individu, maupun dikarenakan subjektivitas perasaan yang timbul akibat melihat kematian manusia lain.


Gambaran tentang kematian secara utuh yang tak mampu dibahas akan menyebabkan sebuah kesepakatan terhadap adanya misteri tentang kematian yang sekaligus merupakan sebuah problem perennial. Kematian selamanya selalu menyisakan pertanyaan tak terjawab bagi manusia, kendati ia adalah hal yang paling dekat dengan kehidupan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bagi semua yang hidup, mati adalah keniscayaan, namun kematian adalah misteri. Dengan demikian, kematian hanya mampu untuk dipahami melalui nalar, rasio, melalui proses analisis yang diawali dari pengamatan dan pengumpulan data.


Manusia sebagai cabang dari epistemologi, membicarakan kematian sebagai salah satu pembahasan pokok. Banyak filsuf besar yang telah membahas perihal kematian dari beragam perspektif. Louis Leahy, seorang dosen sekaligus tokoh filsafat kontemporer, yang dalam sebuah situs ensiklopedia internasional sudah diakui sebagai seorang filsuf, menaruh perhatian yang cukup besar perihal kematian. Leahy memiliki cukup banyak karya yang membicarakan mengenai kematian. Oleh karena itu, tulisan ini membahas pemikiran filosofis dari Louis Leahy tentang kematian.

Baca Juga:  Untuk Kamu Yang Mempersoalkan Pembatasan Jam Operasional Warteg Saat Ramadan

BIOGRAFI
Louis Leahy adalah salah satu pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat (STF)Driyarkara, Jakarta. Ia dilahirkan di Queebeq, Kanada pada tanggal 19 Agustus 1927. Leahy merupakan seorang imam dan misionaris dari Serikat Jesuit, 3 yang menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di Kolese Serikat Jesuit (Kolese Garnier) di Kanada.


Di sekolah tersebut ia dihadapkan pada dua pilihan kurikulum yaitu teologi dan filsafat, namun ia memilih mendalami filsafat yang menurutnya lebih menarik dan relevan sepanjang masa, karena masalah-masalah fundamental yang berasal dari lubuk hati manusia dan intelegensi manusia dari semua kebudayaan secara hakiki bersifat filosofis dan meninggal dunia pada tahun 2012.


CORAK PEMIKIRAN FILSAFAT
Corak pemikiran Leahy dapat digambarkan dalam berbagai pendapat nya terkait dengan realitas yang ada. Subbab ini membahas sekilas pandangan Leahy tentang manusia. Manusia adalah makhluk yang terbentuk atas susunan jiwa dan badan, atau jasmani dan roh. Manusia dilengkapi dengan objektifitas, pemikiran dan kebebasan menerima serta berkreasi, sehingga mampu menampakkan diri sebagai pribadi.

Baca Juga:  Peran E-learning di Masa Pandemi


Leahy menganggap pentingnya pembahasan tentang manusia melalui perspektif filosofis yang tersistematis dalam sebuah pemikiran filsafat manusia dengan beberapa alasan, sebagai berikut:1) Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan istimewa beserta hak yang istimewa sampai batas tertentu. 2) Manusia memiliki tugas menyelidiki hal-hal secara mendalam. 3) Manusia memiliki kesadaran bahwa manusia berbeda dengan makhluk lainnya.


Salah satu perbedaannya ialah bahwa manusia dilengkapi dengan tanggung jawab. Dalam melakukan perenungan tentang hakikat manusia, maka kita akan sampai pada pertanyaan ‘Siapakah pencipta manusia? Ada banyak lain yang juga membahas manusia dengan sudut pandang yang berbeda. Namun demikian, dengan memahami filsafat manusia maka manusia tentang hakikat dirinya tentu saja akan menjadi lebih mendalam.

Halaman SebelumnyaHalaman 1 dari 2 Halaman

Lagi Trending