Literatur

IDE GILA (Refleksi terhadap NASAKOM)

Published

on

Oleh : Kanda Anugrah Ade Putra, Cabang Palopo

dan nasionalisme sebagai dua kekuatan utama yang dominan memberikan pengaruhnya terhadap awal-awal berdinya Negara tercinta, namun seiring berjalannya waktu (tahun 1913 ) Marxisme hadir dan saling berlomba memberikan warna dalam pentas perpolitikan di Indonesia.

Celakanya, Soekarno Muda pada tahun 1926, menuliskan gagasannya terkait Nasionalisme, Islamisme, dan Masxisme. Dengan berdasar bahwa tiga kekuatan besar yang coba di gabungkan tersebut akan melahirkan konklusi hebat dalam menghadapi kapitalisme, imprialisme, dan kolonialisme demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Kegilaan Soekarno semakin menjadi. Pada tahun 1961 ditandai dengan mempertemukan Mr.Aki Sastromidjoyo (KETUM DPP. PNI), K.H. Idham Cholid (KETUM PB NU), dan Dipo Nusantra Aidit (CC-PKI). Dalam rangka Mengembangkan gagasannya, dengan maksud mempersatukan ketiga Faham yang ada dan diberi nama “NASAKOM”.

Baca Juga:  Filsafat dan Generasi Milenial

Selanjutnya hal ini diproklamirkan oleh beliau pada pidato kenegaraan memperingati “HUT-RI ke 16” dengan judul RESOPIM (Revolusi Sosialisme Pimpinan Nasional) dan seketika itu Prawoto Mangkusasmito sebagai KETUM DPP MASYUMI membubarkan diri, sekaligus membuat sindiran “ tampak Miring”.

Karena hal ini merupakan kegilaan, maka tentu akan menghasilkan hal yang gila pula. Maka pada tanggal 18 September 1948 di Madiun PKI melakukan penghiatan dengan melakukan pemberontakan tanpa peri-kemanusiaan. Walhasil mulai dari masyarakat biasa, golongan nasionalis dan mereka bantai. Dan anehnya ini terjadi sebelum benar-benar mampu menyatukan faham tersebut.

Kegilaan masih berlanjut, 17 tahun kemudian tanpa mengenal lelah Presiden kala itu masih getol mempropogandakan perihal NASAKOM. Tepatnya pada 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia kembali melakukan pemberontakan dan perebutan terhadap kekuasan dengan jauh lebih kejam dari sebelumnya.

Baca Juga:  Jangan Kalah Sama Monyet

Sedari awal ide mempersatukan ketiga faham ini merupakan kekonyolan. Akan tetapi kekuasaan yang diktator memaksakan NASAKOM sebagai jiwa bangsa Indonesia, bahkan yang menolak di anggap kontra Revolusi dan otomatis akan berhadapan langsung dengan presiden dengan hasil akan dijebloskan dalam penjara. Sehingga hal ini banyak menimbulkan keresahan bagi masyarakat, yang pada akhirnya NASAKOM bubar dengan sendirinya dan menyeret Soekarno dari jabatannya pada keputusan Sidang Istimewa MPRS tanggal 12 Maret 1967.

Lagi Trending