Literatur

Ini Warisan Nabi yang Menjadi Jembatan Bahagia Dunia Akhirat

Published

on

Oleh: Bayu Sasongkojati, Kader Komisariat Untirta Ciwaru

Pertama-tama kita harus tau terlebih dahulu definisi dari kata ‘‘. secara bahasa artinya mengetahui sesuatu dengan benar. Dalam Lisaanul ‘Arab disebutkan, al adalah lawan dari al jahlu (kebodohan). Ar Raghib Al Asfahani mengatakan, 

العلم: إدراك الشيء بحقيقته 

“al Ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakekatnya.”

Sebagian orang berkata, “kita kepada siapa saja. Salah benarnya, guru kita yang menanggungnya.” Ini keyakinan yang tidak benar. Perlu diketahui bahwa kita akan mempertanggung jawabkan amalan kita masing-masing, bukan guru kita yang menanggung amalan kita. Allah ta’ala berfirman:

مَّنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

Baca Juga:  PPKM: Potret Pemerintah Enggan Penuhi Kebutuhan Masyarakat Kala Pandemi

“Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul.” (Al-Isra:15)

Maka benar-salahnya kita, tergantung bagaimana sikap kita terhadap kebenaran. Jika kita berusaha mengamalkan kebenaran sebisa mungkin, walaupun mungkin ternyata itu keliru di sisi Allah, akan mudah mempertanggungjawabkannya. Namun jika kita meninggalkan kebenaran, akan sulit mempertanggungjawabkannya.

Baca Juga:  Jalinan Komunikasi Buruk, Mahasiswa Lebak Desak WH Minta Maaf dan Lakukan Evaluasi

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman: “Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan terhadap dosa-dosamu….” (QS Muhammad: 19)

Halaman SebelumnyaHalaman 1 dari 3 Halaman

Lagi Trending