Oleh: Amplop bin Kader
Bukan hal asing lagi dalam sebuah organisasi terdapat kader yang aktif dalam kegiatan tertentu saja. Bukan, tulisan ini bukan bermaksud untuk memojokkan. Tulisan ini tercetus atas keresahan penulis dalam beberapa momen.
Tidak bermaksud menyinggung, tapi ada yang perlu dibenahi dalam internal diri, agar menjadi orang yang lurus dalam berorganisasi. Bukan bermaksud membatasi, tapi alangkah lebih baiknya sebagai kader sebuah organisasi, penting menanamkan dalam diri untuk tidak bergerak ketika ada sesuatu yang menguntungkan pribadi, terlebih dalam konteks financial.
Menguntungkan pribadi seperti apa? Misal, ketika ada undangan agenda tertentu yang mendapat uang pengganti transport, kita dengan semangat akan ikut. Tapi, ketika ada agenda internal organisasi justru malah hilang tanpa kabar.
Yang artinya bahwa ketika ada acara yang mendapatkan amplop malah berbondong-bondong ikut, tapi ketika ada panggilan perjuangan dan perkaderan malah sembunyi layaknya cacing yang masuk dalam tanah.
Kalau bahasa kerennya yang pernah penulis dengar sih “Kalian harus menghidupkan organisasi, malah mencari hidup dalam organisasi.”
Hal seperti ini ada (bahkan mungkin banyak), tapi jangan ada kejomplangan diantara keduanya, antara agenda berbayar dan agenda sukarela.
Kenapa hal semacam bisa ini bisa terjadi? Tak bisa dipungkiri bahwa segala sesuatu yang bisa menguntungkan pasti akan diperjuangkan, karena menghasilkan. Akan tetapi seharusnya seimbang dengan yang sifatnya sukarelawan.
Panggilan perjuangan atau perkaderan harus lebih semangat, karena berkaitan dengan kita dilahirkan di organisasi tersebut. Keberadaan paham ‘kader amplop‘ ini bisa merusak jati diri dan independensi organisasi. Mengapa? Sebab ia hanya mau bergerak ketika menghasilkan yang sifatnya financial. Kalo sudah sepeti itu maka akan berpengaruh juga terhadap gerak organisasi yang sifatnya ditunggangi, tidak memilih benar atau salah yang penting menghasilkan.
Tidak salah sebetulnya, tapi yang sangat disayangkan adalah ketika keaktifan di organisasi bisa diukur dengan financial. Maka, perlu lah ditanamkan dan diajarkan sifat pengabdian, yang tidak berpandangan bahwa segala sesuatu yang diperbuat harus di balas hari itu juga, jadikan lah tabungan untuk di akhirat kelak.
Karena berorganisasi bukan cuma soal financial, tapi soal mengupgrade soft dan hard skill. Jadi, masih mau dicap sebagai kader amplop?