Literatur

Jangan Kalah Sama Monyet

Published

on

Oleh: Kanda Ahmad Robiyana, Kader Komisariat Untirta Pakupatan K. H Hasyim Asy’ari mengutip kisah imam Asy-Syafi’i dalam mengejar adab. Suatu saat, sang imam ditanya, bagaimana kiatnya dalam mengejar adab?. Jawaban sang imam “Aku terus mencari laksana seorang ibu yang mencari anak satu-satunya yang hilang”. Artinya secara mendalam kata-kata Imam Asy-Syafi’i itu dalam kondisi apapun, seorang ibu tetap mendahulukan usaha mencari anak satu-satunya yang hilang, padahal banyak pekerjaan lain yang akan ia lakukan tapi sang ibu Memperiotas kan untuk mencari anaknya. Itulah hakikat . Sebab, inti menurut Prof. Syekh Muhammad Naquib Al-Attas adalah menanamkan adab, “The fundamental element inherent in the islamic concept of education is the inculcation of adab” tulis prof. Al-Attas.
Baca Juga:  Persentase Presidential Threshold Dinilai Cederai Demokrasi, PB HMI MPO Layangkan Gugatan pada MK
Kiai Hasyim Asy’ari menekankan dalam kitab nya “… Faman laa adaba lahu, laa syari’ata lahu wa laa imana lahu wa laa tauhida lahu” tegas kiai Hasyim Asy’ari, artinya orang yang tidak punya adab : dia tidak bersyariat, tidak beriman dan tidak bertauhid. Itulah kedudukan penting adab dalam ajaran islam. Manusia Indonesia pun dituntut adil dan beradab, begitu kata pancasila. Maka, pendidikannya pun sepatutnya membentuk manusia-manusia beradab. Perguruan Tinggi, mempunyai tugas khusus yakni mencetak sarjana, ilmuan, dan praktisi yang beradab.
Baca Juga:  Tragedi 04 Oktober 2020
Sudah menjadi ritual tahunan, ratusan ribu lulusan SMA/SMK/MA menyerbu aneka Perguruan Tinggi. Biasanya, salah satu indikator penting satu sekolah disebut “bagus” jika banyak siswa yang bisa masuk ke program studi favorit di Perguruan Tinggi Negeri ternama. Artinya, program studi tersebut dinilai sebagai jalur strategis untuk meraih kekayaan. Beradabkah fenomena ini?
Halaman SebelumnyaHalaman 1 dari 3 Halaman

Lagi Trending