Oleh: Yunda Novi Thusyifa, Pengurus LDMI Serang Raya
Ada banyak orang yang mencaci maki datangnya permasalahan, karena merasa tidak mampu menerima takdir yang sudah ditetapkan oleh Sang Maha penyusun skenario (Allah SWT). Mulai dari kenikmatan yang selalu diberikan oleh Allah SWT, kemudian menjadikannya lalai dan jauh dari-Nya, hingga teguran pun datang dari berbagai aspek. Di mulai masalah kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan ekonomi.
Kondisi ekonomi merupakan salah satu permasalahan yang bisa muncul dan berdampak ke segala arah. Munculah akibat karena kekurangan ekonomi ini menjadi kurangnya asupan gizi berakhir tingkat kesehatan tubuh kurang, kekurangan ekonomi juga dapat membuat tempat tinggal menjadi kumuh dan kotor karena kurangnya peralatan kebersihan karena tidak ada uang untuk membelinya. Pendidikan pun ikut terganggu karena tidak dapat membayar SPP tepat waktu. Itulah dampak yang terjadi dari satu permasalahan kekurangan ekonomi. Sudah hakekatnya, bahwa manusia hidup di dunia ini tidak terlepas dari yang namanya ujian.
Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam kalam-Nya yang terdapat dalam surah AlBaqarah ayat 155 yang artinya :
“Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar.”
Sudah sangat jelas tidak ada manusia yang dapat mengelak isi ayat ini. Jika di
tadaburi kata demi kata secara mendalam:
Pertama Allah SWT menguji kita dengan sedikit ketakutan, sampai disini rasa ketakutan yang selalu menghantui manusia adalah ketakutan akan seperti apa masa depannya? Mampukah ia bertahan dengan kondisi yang dianggap
dapat menjamin kehidupan hari depannya? sebuah pertanyaan terhadap dirinya sendiri yang selalu ditakutkan oleh setiap orang.
Kedua adalah kelaparan, kondisi yang dapat mengubah manusia berhati bersih menjadi kotor. Hal ini dipengaruhi oleh salah satu organ tubuh manusia, yakni perut. Manusia yang awalnya memiliki hati bersih dan suci, menjadi kotor (tidak baik), karena untuk memenuhi hasrat salah satu organ tubuh tersebut. Apa yang dimaksud dengan mengotori
hati? Jadi kondisi perut yang menandakan butuh tidaknya asupan, secara tidak langsung membuat manusia untuk memaksanya memenuhi keadaan tersebut dan memungkinkan manusia untuk menghalalkan berbagai cara. Dan beberapa contohnya meliputi tindakan kejahatan seperti, mencuri, mengemis, mengurangi timbangan, bahkan menjajakan dirinya (pelacuran). Sangat miris bukan? yang pada akhirnya uang tersebut dibelanjakan untuk konsumsi perut manusia tersebut.
Ketiga adalah kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan yang mana kekurangan harta ini sempat disinggung di awal kasus. Kekurangan harta karena tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup berdampak pada kemajuan dan menghambat negara untuk maju. Pemerintah dalam hal ini juga menerapkan metode yang kurang tepat dalam menangani kasus tersebut, hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai (BLT), dimana dalam proses pelaksanaannya tidak tepat sasaran dan berimbas pada de-effieciency tujuan awal bantuan sosial. Dari malpraktik tersebut menimbulkan masalah baru, dimana masyarakat menjadi tidak mandiri. Seharusnya pemerintah lebih jeli dalam melihat solusi penanganan masalah, dalam hal ini pemerintah seharusnya menyiapkan lapangan pekerjaan kepada warganya, bukan malah bantuan jangka
pendek dengan BLT tersebut.
Anak-anak yang ada dalam setiap keluarga kurang mampu merasakan dampaknya, seperti kurangnya asupan gizi yang baik dapat menurunnya kecerdasan anak tanpa disadari.
Walaupun demikian kesulitan yang dihadapi oleh setiap anak-anak itu, memotivasi dirinya untuk dapat memperbaiki, membantu, dan mengubah nasib keluarganya dengan prestasi-prestasi yang ia peroleh. Mereka lakukan dengan sabar, ikhlas dan di iringi rasa syukur dengan kondisi sulit yang membuat mereka terpacu untuk mengubah garis hidup pribadi dan keluarganya. Lain hal dengan anak-anak yang terlahir dengan kemapanan, dimana anak-anak tersebut cenderung terlena dengan kemapanan yang ia terima.
Tadabur kalimat terakhir “….Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” Inilah solusi sekaligus hadiah yang dijanjikan Allah kepada hambanya, dimana puncak orang-orang yang ditimpa kesulitan terus menerus, namun dihadapi dengan rasa sabar, maka ia akan memperoleh kabar bahagia. Allah telah menjamin dan membangun istana di Surga bagi hamba-hambanya yang bersabar tersebut.