Literatur

KITA INI SIAPA?

Published

on

oleh: Yunda Saputri, Kader Komisariat Ciwaru

“Kita hanya berbeda jalan dalam memilih dosa”

Mungkin sebagian besar dari kita tidak asing lagi dengan kalimat diatas, ya kalimat yang seolah menjadi pembenaran atas kesalahan yang dilakukan.

Dalam laman sosial media pun penulis menemukan respon yang cukup keras atas kalimat di atas, kurang lebih tanggapannya seperti ini Kita hanya berbeda jalan dalam memilih dosa adalah kalimat yang di banggakan oleh seorang pendosa yang sadar bahwa perbuatannya adalah dosa”. Tanggapan ini bisa teman-teman lihat dalam salah satu postingan instagram @awhalluuu (jika masih ada).

Tanggapan ini seolah menjadi pukulan telak bagi manusia-manusia yang bangga akan dosanya, padahal jelas bahwa ﷲ telah menutupi aibnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, beliau mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Yaitu seseorang yang telah berbuat dosa dimalam hari lantas dipagi harinya ia berkata bahwa ia telah berbuat dosa ini dan itu, padahal ﷲ telah menutupi dosanya. Pada malam harinya, ﷲ menutupi aibnya, namun dipagi harinya ia membuka sendiri aib yang telah ﷲ tutupi”.  (H.R. Bukhari & Muslim).

Baca Juga:  Pola Asuh adalah Faktor Penentu

Aibmu biarlah menjadi aibmu, tak perlu diumbar. Apa yang sebenarnya kau cari? Ketenaran? Belas kasih dan prihatin dari orang lain?

Ingatlah, itu hanya sesaat. Jangan jadikan aibmu sebagai dosa jariyahmu pula. Tak perlu dirimu mengemis perhatian orang lain, cukup kau memohon belas kasih Rabb-mu atas dosa yang sudah tercatat.

Pun selain hal di atas, beban moral akan menjadi tanggungan bagimu dan orang sekitar. Apa yang dirimu harapkan, belum tentu orang lain akan merespon demikian.

Kita ini siapa?

Manusia yang hanya menumpang hidup di bumi ﷲ, berjalan dengan sombong, hidup berlumur dosa, mati pun hanya menyisakan tulang-belulang dalam tanah.

Baca Juga:  Shalat yang Cuma Jengking

Maka tutuplah aibmu, tak perlu dibanggakan pada khalayak, karena hakikatnya kita memang pendosa yang menumpang hidup.

Al-Qur’an hadir sebagai pedoman hidup, namun kita abai.

Yang agamis dicap fanatik, yang modern menjadi panutan. Sekeras dan sebatu itukah hati kita saat ini?

ﷲ Rabb kami pemilik alam semesta, lembutkanlah hati kami dan orang-orang di sekitar kami. Janganlah Engkau palingkan kami dari-Mu, sungguh kami tak akan pernah kuat berada dalam neraka-Mu. Tuntunlah kami yang pendosa ini menuju ridho-Mu. Izikanlah kami menghapus salah dan khilaf kami tempo hari, dalam bulan mulia-Mu dengan kebaikan-kebaikan yang kecil ini.

Saat tulisan ini dipublikasikan, penulis masih sama tetap menjadi manusia yang tak luput dari salah dan dosa.

TAK PERLU SALING MENGHAKIMI, JIKA SALING MENDO’AKAN ADALAH SOLUSI TERBAIK.

Sebuah coretan ‘Self reminder’ untuk penulis.

Lagi Trending