Oleh: Kanda Hafiznur Arifin, Sekretaris Umum HMI MPO Komisariat UIN SMH Banten
Himpunan Mahasiswa Islam yang telah berdiri sejak 1947 telah banyak melewati pasang surut. Dinamika dan polemik di dalam tubuh HMI telah banyak terjadi sejak organisasi ini berdiri. Eksistensinya yang telah menemani Indonesia dalam membangun bangsa ini merupakan bentuk pengabdian dan konsistensi HMI dalam menjadi kekasih platonis (Platonic Love) negeri ini. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di negeri ini telah banyak memberikan pelajaran dan hikmah dalam kontemplasi pemikiran HMI yang berasaskan Islam. Sudah menjadi rahasia umum bahwa HMI merupakan organisasi kemahasiswaan yang ikut turut andil dalam dalam memajukan negeri ini. HMI sebagai Social Control dan Agent of Change memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap kemajuan Indonesia.
Pada tulisan ini, penulis hendak mendiagnosis apa-apa saja yang menjadi masalah dalam tubuh HMI yang sampai sekarang ini belum selesai. HMI selalu memberikan solusi yang konstruktif terhadap problematika yang dihadapi oleh Indonesia dan masyarakat. Namun, walaupun begitu HMI terkadang tetap saja tersudut dengan polemika internal yang seharusnya memang telah selesai pada hari ini. Sehingga problematika yang terjadi terus menerus berlarut-larut dan tidak dapat menemukan titik temu yang baku yang dapat menjadi solusi untuk kemajuan HMI. Mulai dari perbedaan pendapat pada sebuah diskusi hingga pada intervensi eksternal yang memang ingin memecah belah HMI.
HMI berdiri dengan membawa misi besar untuk membentuk sumber daya manusia yang siap untuk bersaing secara kompetitif dengan para mahasiswa dan civitas akademika yang lain dan bekerja sama dalam segala bentuk pergerakan. Kolaborasi dan sinergisasi merupakan salah satu dari sekian poin usaha HMI. Dewasa ini HMI sedikit kesulitan dalam memposisikan (positioning) dalam perjuangannya yang tertuang dalam frasa kedua dari tujuan HMI. Dimana HMI bertujuan untuk ikut turut serta dalam terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala. Frasa kedua tujuan ini menuntut implementasi yang sangat serius kepada HMI. Secara penafsirannya frasa ini memiliki maksud bahwa HMI sebagai garda terdepan dan merupakan bagian terpadu dari masyarakat untuk mengajak pada kebaikan dan mencegah pada keburukan (Amar Ma’ruf Nahi Mungkar).