Oleh: Yunda Saputri
HMI MPO Komisariat Untirta Ciwaru
“Didiklah putri-putrimu dengan ketauhidan yang kuat dan akhlaq mulia karena mereka akan menjadi guru bagi anak-anaknya” kutipan tersebut disadur dari sebuah buku fiqih wanita yang ditulis oleh Muhammad Fuad.
Tentunya kita sadari dan pahami bahwa Islam sangat-sangat memuliakan wanita, tapi tidak bisa pungkiri juga bahwa wanita sendirilah yang merusak kemuliaannya sendiri.
Tidakkah kita belajar dari kisah wanita-wanita mulia pada zaman nabi? Ibunda Maryam yang menjaga kehormatan dan kesuciannya, Asiyah istri Fir’aun yang tetap kokoh mempertahankan keimanannya meski memiliki seorang suami yang zalim, Ibunda Khadijah yang rela menghabiskan hartanya untuk dakwah, dan Fatimah putri Rasulullah SAW yang mampu menjaga fitrah cintanya dalam diam.
Masihkah kita menjadikan mereka sebagai panutan dalam diri kita? Sebagaimana kebanyakan wanita zaman kini yang menjadikan artis-artis sebagai panutan? Semoga kita termasuk jajaran wanita yang mengidolakan wanita-wanita mulia di zaman nabi.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. Al-Qamar: 49). Ibnu Al-Qutha’ berkata “Allah telah menentukan sesuatu. Hal itu berarti bahwa Dia menciptakannya dengan ukuran tertentu!”
Dari pernyataan tersebut dapat kita pahami secara sederhana bahwa Allah SWT telah menakdirkan apapun sesuai dengan ukuran dan takarannya. Kita telah ditakdirkan oleh Allah SWT untuk menjadi wanita, yang kelak dari rahimnya akan lahir penerus generasi. Baik buruknya seorang anak, tentunya ada campur tangan sosok Ibu di dalamnya. Baik cara mendidiknya, besar kemungkinan sang anak akan tumbuh menjadi sosok yang baik pula, pun begitu sebaliknya.
Di akhir zaman ini, banyak wanita yang sibuk mempercantik diri, tapi lupa untuk meningkatkan kualitas diri terlebih dari sisi agamanya, dan mungkin penulis atau pembaca juga termasuk ke dalam kategori ini. Kita terlalu sibuk pada fisik, sampai lupa bahwa kelak dari rahim kita akan lahir seorang anak yang akan berpengaruh pada maju atau mundurnya peradaban dunia.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa “Dari Abdullah bin Amar RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan itu adalah wanita shalihah” (HR. Muslim). Hadits ini sudah umum didengar, namun pada realitanya kita masih abai terhadap hal ini.
Coba kita lihat, seberapa banyak wanita yang menikah karena ‘kecelakaan’? Berapa banyak wanita yang menjadi korban pelecehan seksual? Berapa banyak wanita yang menentang kodratnya sebagai wanita? Berapa banyak wanita yang melakukan aborsi? Hal ini bisa jadi disebabkan karena kita yang lalai akan kodrat kita sebagai wanita, yang tidak paham betul bagaimana Islam memuliakan seorang wanita.
Tokoh utama Suad Ridla dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan merupakan gambaran dari seorang wanita yang bagaimana ia terlalu berambisi untuk mengejar karir dan mimpi, hingga lupa akan tanggungjawabnya sebagai Ibu dan istri dalam keluarganya. Ambisi yang ia kejar dan pertahankan ini membuat ia merasa kehilangan bahagianya sendiri.
Berambisi tidaklah dilarang, namun hak dan kewajiban haruslah dipenuhi. Ambisi yang kita tanamkan, jangan sampai membuat kita terlena dalam duniawi hingga lupa perkara akhirat. Jangan sampai kita terlena akan nafsu dan ego duniawi, hingga lupa bahwa fitrah wanita adalah sebagai pondasi utama perkembangan peradaban.
Dari wanita yang cerdas kelak akan lahir sosok pembangun peradaban. Maka jangan rusak diri, kehormatan, dan martabatmu sebagai wanita hanya demi lelaki yang tak tahu bagaimana caranya memuliakan wanita. Jadilah sebaik-baiknya perhiasan dunia yang kelak mampu membuat bidadari surga iri denganmu.
Referensi:
Abdul Quddus, Ihsan. 2012. Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan. Jakarta Timur: Pustaka Alvabet.
Fuad, Muhammad. 2007. Fiqih Wanita Lengkap. Jombang: Lintas Media.