Oleh: Kanda Moh. Rivaldi Hapili, Ketua Umum HMI MPO Cabang Gorontalo periode 2021-2022
Kita memahami bahwa sepatutnya, momen penerimaan mahasiswa baru (PMB), menjadi ingatan yang pasti mengkristal di setiap diri mahasiswa baru. Karena PMB adalah momen awal bagi mereka, mengenal dunia kampus. Dan momen itulah yang menjadi pintu gerbang, realitas kampus dalam pikiran seorang mahasiswa baru.
Jika benar, bahwa kesepahaman itu telah tercipta secara kolektif di setiap kepala mahasiswa, yang bernaung dalam kemelut organisasi internal kampus, maka sudah tentu PMB akan dimanfaatkan sebagai momen terbaik agar mahasiswa baru tidak salah kaprah, apalagi mengkristalkan realitas yang salah tentang dunia kampus.
Dan benar. Sejauh ini, mahasiswa baru (Maba) yang masuk kampus melalui momen PMB, memang selalu mengalami fallacy (kesesatan) dalam memahami kampus dan kehidupannya. Pertama kali disambut sebagai mahasiswa baru, teriakan garang oleh orang-orang yang berpakaian rapi, dilengkapi jas dan seragam organisasi, adalah momen tidak mengenakan, yang disuguhkan kepadanya saat mengikuti PMB.
Semakin lama, ada-ada saja cobaan yang didapatkan. Tubuh yang terus menerima kekerasan verbal maupun non verbal, emosi yang berkecamuk, tubuh letih dan kesabaran yang terus diuji adalah hal buruk, dan sangat tidak mengenakan. Situasi ini terjadi, setelah sehari sebelumnya dibuat sibuk dengan segala aturan dalam PMB.
Padahal, jauh sebelum semuanya seburuk itu. Mereka dilepas dengan hangat dari rumah. Setiap langkahnya, diiringi oleh doa yang sakral. Pun harapan-harapan terbaik dari orang-orang sekitar, terus membalut langkahnya. Dalam raut wajah yang datar dan senyuman yang khas, harapan tentang indahnya dunia kampus, disertai semangat membara untuk menjalaninya, seakan memaksa hari untuk segera bergegas memunculkan cahayanya. Agar hari-hari yang penuh petualangan itu, segera berlangsung.