Oleh: Kanda Yongki Davidson, Ketua Umum HMI MPO Bandar Lampung periode 2021-2022
Dalam ingatan kolektif bangsa, kita tahu bahwa Himpunan Mahasiswa Islam adalah organisasi mahasiswa Islam yang berdiri pada tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta. Dalam kelahirannya, HMI memberikan format terhadap persoalan keindonesiaan dan keumatan. Seiring bergulir dan hadirnya, HMI memiliki relevansi dan perjuangan dalam konstalasi dan proses pergejolakan dinamika bangsa.
Kita tahu bahwa dalam mempertahankan bangsa ini, HMI turut hadir dalam menggunakan kapasitas nalar kritisnya dan selalu berijtihad untuk membangun, mempengaruhi, dan merawat keutuhan terhadap ekspektasi dalam keberlangsungan kehidupan bernegara dan berbangsa.
Tak ayal Jendral Sudirman mengatakan bahwasanya HMI adalah Harapan Masyarakat Indonesia bukan hanya sekedar Himpunan Mahasiswa Islam.
Terlintas dalam pikiran saya salah satu alumni HMI, yaitu Nurholis Madjid atau biasa dikenal dengan Cak Nur yang mengeluarkan Pernyataan ” …lebih baik HMI dibubarkan saja…” pada saat Milad HMI ke 50 tahun 1997. Dalam dramaturgi pemikirannya Cak Nur, ulang tahun HMI bukanlah ulang tahun emas melainkan besi berkarat. Hal ini kemudian menjadi kegelisahan intelektual Cak Nur ketika melihat HMI terlalu serat dengan kepentingan politis, yang cenderung dan bahkan terlalu dekat dengan pemerintahan orde baru, selain itu juga aliansi HMI dengan kelompok Cipayung cukup retak.
Lantas bagaimana pada Milad HMI ke-75 pada tahun 2022?
Perjuangan selama 75 tahun membuat HMI semakin besar, tidak heran HMI melahirkan banyak tokoh nasional seperti Anis Baswedan, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Tamsil Linrung dan lainnya.