Oleh: Kader HMI MPO Cabang Kendari
5 Februari merupakan hari lahirnya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tepatnya pada 5 Februari 1947 atau 14 Rabiul Awal 1366 H, HMI didirikan di Yogyakarta.
Tepat hari ini tanggal 5 Februari 2023 kita memperingati momentum bersejarah yang menentukan dinamika kehidupan berbangsa, beragama khususnya Islam, dan kemahasiswaan di Indonesia
Perjalanan bangsa Indonesia semenjak berdirinya HMI selalu diwarnai oleh tokoh-tokoh yang lahir dari organisasi kemahasiswaan ini.
Bukan tanpa sebab, itu semua tidak lepas dari komitmen HMI untuk memperjuangkan tujuan dari organisasinya. Tujuan dari HMI yaitu membina mahasiswa Islam menjadi insan Ulil Albab yang turut serta bertanggungjawab atas terwujudnya atas tatanan masyarakat yang diridhoi Allah SWT.
Frasa pertama organisasi ini fokus pada perkaderan atau pengembangan diri tiap individu anggota HMI. Dan frasa kedua HMI akan terlibat dalam proses pembangunan bangsa dan negara.
Tujuan HMI harus dilihat sebagai tujuan yang mulia, karena tidak mudah sebuah organisasi mahasiswa selain fokus untuk pengembangan individu setiap anggotanya dan disaat bersamaan ikut serta membangun masyarakat yang berlandaskan agama Islam.
Setiap situasi sosial dan politik Bangsa Indonesia, HMI akan menjadi bagian dari proses perubahan yang akan terjadi. Termasuk pengujian pendewasaan dan kematangan organisasi selalu dialami di setiap waktu. Maka di usia yang 76 tahun ini, HMI akan terus meng-upgrade diri dan menyesuaikan tuntutan zaman. Kepekaan intelektual dan emosional mesti di gunakan semaksimal mungkin guna melihat dan menghayati apa yang sebenarnya Bangsa Indonesia ini butuhkan.
Di saat perubahan dunia begitu akseleratif, temuan demi temuan hadir mempengaruhi tingkah laku masyarakat kita. Wacana era disrupsi hadir menghantui setiap budaya, tradisi bahkan organisasi-organisasi yang telah mapan untuk dituntut harus terus berubah jika tidak ingin ketinggalan. Hingga akhirnya ada berbagai hal yang begitu penting di dunia hanya tinggal cerita yang tercatat di buku sejarah dan diskursus di masyarakat.
Terlupakan dan dilupakan menjadi tak relakan ketika masyarakat mengadopsi gaya hidup baru dan cara berpikir baru. Berita dan figur yang trending serta eksis terproduksi begitu masif hingga eksistensial HMI terus dibayangi-bayangi oleh konten-konten yang tidak berfaedah. Pergeseran kultur dan paradigma ini akan mengancam HMI yang jika tidak beradaptasi akan menjadi organisasi purba hingga akan punah dengan sendirinya.
Mendudukkan kembali sembari merefleksikan apa yang akan dilakukan oleh HMI ke depan mesti dilakukan secara mendalam dan komprehensif oleh kader HMI. Output-nya jangan lagi hanya rutinitas organisasi dan terobosan-terobosan yang menghilangkan tradisi yang lama. HMI gaya baru mesti lahir di abad ini guna memastikan bahwa HMI akan terus relevan dengan zaman.