Oleh: Kanda Ikmal Anshary, Kader HMI MPO Komisariat UIN SMH Banten
Perjuangan mereka ditujukan menjaga Hadits menyisihkan Hadits palsu serta untuk memberantas pembuat dan pembuatannya, sejak zaman para sahabat hingga pelembagaan Hadits selesai. Barang siapa yang mempelajari pendirian ulama serta sepak terjangan mereka dalam rangka menyeleksi Hadits, niscaya akan berkesimpulan bahwa usaha mereka telah mencapai tahap optimal.
Di samping itu akan diakui pula bahwa langkah-langkah yang mereka tempuh merupakan prosedur pengujian dan penelitian ilmiah yang mantap. Sehingga dapatlah dipastikan bahwa ulama Islam rahimahumullah merupakan orang-orang pertama yang meletakkan dasar-dasar kaidah penelitian historis yang sangat hati-hati dari seluruh umat manusia di bumi.
Jelas pula betapa perjuangan mereka yang gigih itu sungguh mengagumkan seluruh generasi, melebihi perjuangan ilmiawan lain. Itulah kurnia Allah yang dilimpahkan kepada yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas pemberian-Nya, dan Maha Mengetahui.
Di bawah ini akan dikemukakan langkah-langkah yang ditempuh ulama dalam meneliti As-Sunnah, sehingga diperoleh hasil yang murni, bersih dari segala imbuhan ataupun khayalan.
A. Meneliti Sanad Hadits
Setelah wafat Rasullullah SAW tidak pernah terjadi para sahabat meragukan sesamanya. Tabi’n pun tidak pernah ragu dalam menerima Hadits yang diriwayatkan para sahabat yang mereka terima dari Rasulullah. Baru ketika fitnah melanda kaum muslimin, muncul seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba, mengajukan tuduhan keji yang bertitik tolak pada pemikiran Kaum Syi’ah yang mendewa-dewakan Sayyidina Ali Radhiyallahu ‘anhu. Ia mulai mengadakan infiltrasi terhadap As-Sunnah, dan ulahnya itu membekas dan meningkat pada generasi-generasi berikutnya.
Mulai saat itu kaum Ulama di kalangan sahabat dan Tabi’in bertindak lebih hati-hati dalam menerima dan menyebarkan Hadits. Mereka hanya mau menerimanya apabila telah jelas jalan dan rawinya. Mereka baru tentram apabila rawinya telah jelas-jelas terpercaya dan adil.
Dalam Muqaddimah Shahih Muslim dikemukakan bahwa Ibnu Sirin berkata: “Pada mulanya para sahabat tidak pernah mempersoalkan sanad. Akan tetapi setelah fitnah melanda mereka, merekapun langsung menuntut nama-nama rawinya. Mereka menelitinya. Hadits yang diriwayatkan oleh ahli bid’ah mereka tolak.”
B. Mengukuhkan Hadits-Hadits
Pengukuhan hadits ini dilakukkan dengan jalan meneliti dan mencocokkan kembali kepada para shahabat, tabi’in dan ulama ahli Hadits.
Diantara para sahahabat dan Fuqoha, banyak yang dipanjangkan usianya. Hal ini merupakan ‘Inayah Allah SWT terhadap keaslian Sunnah Rasul. Sebab mereka ini dijadikan tempat bertanya dan banyak memberikan petunjuk kepada umat. Dengan demikian ketika timbul Hadits palsu, orang pun pergi kepada sahabat untuk menanyakan dan mencocokkan dengan Hadits yang pernah mereka dapatkan. Mereka meminta juga fatwa mengenai Hadits dan Atsar yang mereka dengar.
Banyak di antara tabi’in bahkan pula beberapa sahabat yang sengaja melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lain, untuk mendengarkan Hadits-hadits langsung dari rawi terpercaya. Misalnya Jabir bi Abdillah pergi ke Syam, dan Ayub ke Mesir, semata-mata untuk mendengarkan Hadits-hadits langsung dari rawi-rawi terpercaya itu.
C. Meneliti Rawi Hadits dalam Menetapkan Status Kejujurannya
Pekerjaan menguji dan meneliti rawi Hadits, merupakan karya mulia yang ditempuh ulama. Dengan demikian dapat disisihkan mana Hadits Shahih dan mana yang palsu, mana yang kuat dan mana yang dha’if (Lemah).
Ulama telah menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh dalam meneliti latar belakang perihidup para rawi Hadits, baik yang telah diketahui umum atau pun yang belum diketahui. Demi untuk mendapatkan ridho Allah SWT, mereka tidak takut dibenci ataupun dicerca karena usahanya itu, malahan mereka tidak silau oleh kemasyhuran dan ketekunan ibadah rawi yang bersangkutan.