Literatur

Presidential Threshold: Sedikit Guna, Banyak Mudharat-nya

Published

on

Dampak Buruk Presidential Threshold: Matinya Regenerasi pemimpin Negara dan Polarisasi di Tengah Masyarakat

Matinya regenerasi pemimpin negara, hal ini sudah bisa kita lihat dari kepengurusan yang terbentuk di berbagai partai politik di Indonesia. Kita jarang sekali melihat transparansi dalam pemilihan para pemimpin partai politik, biasanya mereka dipilih berdasarkan kepentingan-kepentingan tertentu. Maka tidak heran pemimpin partai politik diisi para pengusaha maupun tokoh yang memang identik dengan partai tersebut.

Fenomena para pemimpin partai politik yang diisi oleh para pemimpin muda pun masih dipengaruhi oleh relasi kuasa yang cukup kuat, nyaris sama sekali kita tidak melihat adanya pemimpin-pemimpin partai politik yang lahir dari proses kaderisasi partai mulai dari daerah.

Dampak buruk lainnya bisa kita lihat pada saat pelaksanaan rangkaian 2019. Terjadi polarisasi massa yang membuat masyarakat terpecah. Adanya sebutan ‘Cebong’ dan ‘Kampret’ sebagai identitas dari pendukung pasangan calon presiden yang ada. Selain itu, timbulnya politik identitas berbasis SARA yang dimanfaatkan oleh golongan tertentu untuk kepentingan yang sifatnya sementara.

Fenomena di masyarakat yang semakin tidak terkendali, seperti ada pembatasan beribadah bagi individu yang berbeda pilihan politik. Diskriminasi bahkan sampai bukan kepada perbedaan yang bersifat SARA lagi bahkan ke sesama pemeluk agama pun sampai ada diskriminasi.

Baca Juga:  Ini Warisan Nabi yang Menjadi Jembatan Bahagia Dunia Akhirat

Tentunya hal ini menjadi kemunduran bagi demokrasi kita. Walaupun memang secara kuantitas partisipasi politik semakin meningkat, tetapi kualitas atau substansi demokrasi kita mengalami kemunduran.

Jika ada kalimat yang tepat untuk menggambarkan Presidential Threshold mengingatkan saya satu penggalan lirik lagu Payung Teduh yang sebetulnya ditunjukkan untuk orang terkasih yaitu “Sedikit Cemas, Banyak Rindunya” tetapi saya ganti untuk menggambarkan menjadi ‘Sedikit Guna, Banyak Mudharat-nya’.

Baca Juga:  Lestarikan Budaya Literasi

@abdoelaziz._

Halaman 3 dari 3 HalamanHalaman Selanjutnya

Lagi Trending