Literatur

Shalat yang Cuma Jengking

Published

on

Oleh: Irkham Magfuri Jamas, Ketum MPO Komisariat Untirta Pakupatan

Sungguh Allah Swt. Maha Besar, lagi Maha Bijaksana. Segala tuntutan dari-Nya pastilah untuk kebaikan kita. Tak ada satupun perintah maupun larangan-Nya yang memberikan kemudaratan.

Ada banyak sekali ayat yang menerangkan tentang , tapi apakah itu hanya sebatas takbir, berdiri, ruku’, sujud, dan salam? Atau apa sih sebenarnya itu?

Dalam tulisan ini penulis akan menyajikan pandangan penulis tentang shalat berdasarkan pencarian panjang dan perenungan atas perintah Allah Swt. yang Maha Sempurna. Mulai dari kenapa shalat itu ada waktu-waktu tertentu? Kenapa kita tidak shalat sekalian 17 rakaat dalam 1 waktu saja agar lebih efisien? Kenapa shalat itu diutamakan berjamaah? Kenapa kalau jamaah diutamakan shafnya rapat dan lurus? Apa kaitannya shalat dengan kehidupan kita? Intinya kenapa kita harus shalat? Berikut sedikit kisah pencarian hamba Allah. Semoga Allah Swt. meridhoinya. Aamiin.

Suatu hari Fulan bertanya-tanya, kenapa sih ada orang shalat tapi dia tetap saja bermaksiat? Tapi ada orang yang tidak rajin shalatnya tapi dia baik juga padahal katanya, “Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.” (29:45)

Sehingga membuat Fulan bingung sendiri dengan pertanyaannya, lalu suatu hari ia menemukan sebuah jawaban melalui pertanyaannya dalam hati “Emang shalat itu apa sih?” Pertanyaan itu kemudian ia tanyakan pada gurunya, Abi namanya. Abi pun memberikan jawaban “Kalau Fulan menganggap shalat itu niat, takbir, ngadeg mace fatehah rujuk tuma’ninah. Lulungguh, sujud salam? Itu mah bukan shalat. Itu mah RITUAL!” MAKJLEEBB dah jawabannya itu. Jadi yang dimaksud shalat itu bukan sekedar itu, itu mah hanya ritual ibadahnya saja, tapi ada shalat dalam sendi manusia. Pak Mukhsin bilang “Ada orang yang melaksanakan shalat tapi tidak mendirikannya.”  Orang yang seperti apa itu? Itulah MANUSIA.

Lah kok manusia? Ya karena sifat asli manusia itu suka mengeluh, apabila ditimpa kesusahan mereka suka berkeluh kesah, dan apabila mendapatkan kebaikan mereka menjadi kikir.

Kecuali orang-orang yang shalat!

Maksudnya gimana?

Mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya. (70:19-23)

Kalau Sujiwo Tejo bilang mah “Orang Kristen itu ga liat shalat kita, yang mereka lihat itu bagaimana sifat dan sikap kita. Kalau ada orang ngomong di depan kita malah asik ngobrol atau main handphone tidak memerhatikan, maka di mana shalatmu? Kalau ada orang kesulitan di jalan kita tidak tolong padahal kita mampu, maka di mana shalatmu?” Ucapnya.

Baca Juga:  Apakah Perlu di Era masa Kini Mahasiswa Berorganisasi?

Sehingga jelas bahwa shalat adalah hasil dari suatu proses yang senantiasa melekat pada kehidupan manusia dan shalat lebih dari sekedar ritual peribadatan.

Lalu Fulan balik bertanya lagi, kenapa shalat itu ada waktu tertentu? Yaitu 5 waktu dalam sehari. Kenapa tidak 1 waktu saja? Abi menjawab “Tiap waktu dalam shalat itu Allah Swt. pilih sebagai waktu terbaik untuk manusia. Kenapa shalat Subuh pagi hari ketika fajar terbit? Karena disitu ada energi skaler yang dapat mempercepat tubuh manusia. Kenapa shalat ketika matahari tergelincir? Karena disitu ada energi yang perlu diselaraskan dengan tubuh manusia.  Kenapa shalat di waktu Ashar, Magrib, dan Isya? Karena energi juga.” Abi menjawab seperti itu. Dan kalau kita pikir-pikir ke 5 waktu shalat itu adalah waktu terbaik bagi tubuh untuk menerima asupan nutrisi maupun ilmu, dan waktu terburuk untuk manusia tidur. Karena ada energi yang apabila manusia tidur justru akan memberikan efek buruk pada tubuh, MasyaAllah.

Lalu, kenapa shalat berjamaah harus rapat dan lurus shafnya? Karena dalam hukum energi, energi itu merambat dan memiliki ruang rambat. Ketika muslim melakukan shalat berjamaah maka mereka akan sharing energi dengan jemaah yang lain, dan proses perambatan energi itu akan lebih efektif ketika rapat dan teratur. Sehingga menimbulkan kekhusyuan, rasa tentram dan nyaman dalam hati, dan kesehatan jiwa raga, MasyaAllah.

Kemudian suatu hari Fulan jatuh sakit, dalam sakitnya itu ia merenungi setiap kesalahannya dan setiap dosanya. Ia memohon ampun pada Allah Swt. karena bisa jadi sakitnya ini adalah teguran akibat ulah perbuatannya sendiri. Yaitu saat ia dzalim pada tubuhnya dan dirinya. “Ya Tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (07:23)

Dalam perenungan itu Fulan menyadari bahwa sakitnya ini akibat ia meninggalkan shalat 5 waktu berjamaah. Dari sakit itu ia mendapat jawaban, bahwa Allah Swt. menciptakan shalat pada waktu yang telah ditentukan (04:103) itu karena ada kebaikan yang besar.

Waktu shalat adalah wujud dari manajemen tingkat paling profesional di dunia dan akhirat. Dalam ilmu ekonomi, tingkat kesuksesan suatu usaha dapat terlihat dari cara memanajerial usaha tersebut, manajemen atau cara mengelola ini para ahli sudah banyak berspekulasi dan berhipotesa perihal manajemen waktu dsb. Tapi, bila ada sebuah pertanyaan “Berikan aku 1 rumus saja, yang dengan rumus itu aku bisa menjadikan usahaku sukses?” Adakah ilmuan atau peneliti yang bisa menjawabnya? Bila ada, maka ilmuan dan orang yang beriman pasti menjawab, “SHALAT. Bila kau sudah memperbaiki shalat mu, maka Allah Swt. akan memperbaiki hidupmu.” Begitulah kira kira jawaban para ulama terdahulu.

Baca Juga:  Kader HMI MPO Cabang Jakarta Tuding Demo Anies Ditunggangi

Jawaban itu benar dan nyata kawan. Ia tak hanya hipotesis atau spekulasi atau hal yang hanya bersifat normatif. Tapi itu ilmiah dan dapat diuji secara empiris dan logis. Mengapa? Renungkan perihal kebaikan shalat untuk tubuh yang sudah dijelaskan sedikit di atas, bahwa jelas shalat itu dapat meningkatkan emosional, spiritual dan kesehatan jasmani. Bukankah itu salah satu aset penting dalam pengembangan sumber daya manusia? Yaitu bagaimana caranya manusia tetap merasa senang sehingga mereka dapat terus produktif dalam hidupnya.

Kemudian perihal waktu, bila manusia sudah bisa menyesuaikan seluruh aktivitasnya dengan timeline shalat sebagai acuannya, maka akan tercipta keteraturan dan keselarasan dalam produktivitas hidupnya. Bukankah keteraturan dan keselarasan adalah dambaan setiap manajer di dunia? Sehingga bila suatu sudah teratur dan selarah akan mudah dikendalikan, dan bila sudah terkendali akan mudah untuk digunakan dan menghasilkan sesuatu, MasyaAllah.

Maka jelas sampai di sini, bila shalat itu sudah diabaikan, maka keteraturan akan terabaikan, sehingga Allah Swt. akan membuat kesulitan pada pelupuk mata dan pada hati manusia.

Ingatlah kawan shalat itu berat. Melainkan bagi mereka yang khusyuk (02:45)

Shalat juga merupakan bentuk rasa tunduk dan patuhnya seorang makhluk pada Tuhannya. Allah Swt. berkata secara tegas “Sesungguhnya AKU adalah ALLAH SWT. Tiada yang Ujud melainkan AKU. Sembahlah AKU dan dirikanlah SHALAT untuk mengingati AKU.” (20:14)

Sehingga di sini jelas, mereka yang tidak shalat adalah mereka yang tidak menyembah Allah Swt. Orang yang tidak menyembah sesuatu, bukankah sama dengan menganggap dirinya sesembahan? Apakah dia mencoba menganggap dirinya sebagai Tuhan?

Sederhananya, Allah Swt. sebagai sumber kebaikan saja berani ia tantang, apalagi kebaikan-kebaikan manusia? Di situ ada ilmu tentang kepemimpinan. Bahwa manusia yang tidak menyembah Tuhan maka tidak layak memimpin dan dipimpin. Ia hanya akan menjadi perusak dan merusak. Na’udzubillah.

Akhirul Kalam,

Datanglah saat adzan berkumandang,

sebelum adzan terakhir diperdengarkan.

Bersiaplah sebelum waktunya datang,

Shalat lah, sebelum dishalatkan.

Bab selanjutnya, tentang Ridho dan Ikhlas..

Irkham Magfuri Jamas

Ketua MPO Komisariat Untirta Pakupatan.

Lagi Trending