Literatur

To Be Influencer = Be Leader

Published

on

Hidup di Bumi ini memiliki seni nya tersendiri, ada jenis manusia yg senang sekali menjadi pusat perhatian, ada juga yg senang bermain dibalik layar, bahkan ada yg senang dianggap tidak ada.

Unik bukan? Ya itulah dinamisasi kehidupan dunia sehingga tak perlu heran, tak perlu lebay dan tak perlu pusing menghadapinya.

Untuk mengungkap rahasia tersebut kita butuh kunci untuk membuka pintu nya. Dari sekian bangak kunci mari kita ambil beberapa kunci dalam menghadapi sikap dan perilaku manusia yg beragam itu.

Pertama, jangan remehkan siapapun

“La tahtakir mandunaka falikulli syaiin maziyyah.”

Jangan kau menghina seseorang karena sesungguhnya setiap org itu memiliki kelebihannya masing-masing.

Unfortunately, banyak manusia di muka bumi yang ga tau apa kelebihan (positif) nya. Sehingga mereka seringkali merasa insecure merasa dirinya useless sehingga mengakibatkan mereka rapuh, lemah, minder, malu dan segenap sifat-sifat negatif lainnya melekat pada tersebut.

Menghadapi orang seperti ini tentu kita harus bisa memotivasi dengan hal positif, memberikan support dan dorongan, “bahwasannya kamu juga istimewa, kamu juga punya kelebihan.” Seperti itu lah kira-kira.

Motivasi paling sederhana adalah, “percayalah malaikat Allah tidak pernah lalai dalam mencatat sekecil apapun sumbangsih yg kau berikan terhadap upaya tegaknya keadilan.” Meskipun hanya sebatas merepost tulisan.

Allah berfirman, “faman ya’mal mitsqolladzarrotin khairayyaroh. Waman ya’mal mitsqolladzarrotin syarrayyaroh.”

Sekecil biji zaroh pun akan Allah catat kebaikan atau keburukan itu. Sehingga karunia berupa “kemudahan dalam beramal soleh” tentu akan menjadi kelebihan yg diidam idamkan setiap orang yg beriman.

Ke Dua, Jangan remehkan hal kecil.

“Kam min fiatin qolilatin gholabat fiatan katsirotan biidznillah. Wallahu ma’assobirin.”

Ada berapa golongan kecil mengalahkan golongan yg besar karena Allah? Sesungguhnya Allah bersama org-org yg sabar.

Baca Juga:  Bincang Keyakinan

Mari kita merenung sejenak, apakah baut yg terpasang pada roda speda motor kita itu berukuran besar? Apakah procesor pada komputer itu berukuran besar? Apakah nyamuk yg membunuh namrud dan banyak org di muka bumi itu berukuran besar?

Tidak, mereka kecil. Tapi mereka punya peran yg amat berarti. Sehingga sekecil apapun manusia, ia tetap manusia. Ia tetap dianggap sebagai khalifah (Q.S. 2:30) maka sudah sepantasnya khalifah memperlakulan khalifah sebagai khalifah. Bukan lebih rendah dari khalifah.

Dan sebagai seorang pemimpin kita harus jeli melihat potensi terkecil dari yg dipimpin.

Begitu pun teman² apabila ingin mengkader, kawan² harus jeli melihat potensi dari diri tiap kader. Kita harus siap menjadi wadah kader itu untuk berkembang. Kita harus siap membimbing nya untuk tumbuh. Bukan untuk kepentingan kita tapi untuk kepentingan kader supaya dapat tumbuh menjadi insan ulul albab yg turut bertanggungjawab atas terwujudnya tatanan masyarakat yg diridhoi Allah swt.

Ke Tiga. Ada hal yg tidak diajarkan tapi tertularkan. Ia bernama, TELADAN.

Kehidupan di dunia ini takkan terlepas dari baik & buruk, hitam & putih, lembut & keras, dst.
Sehingga mereka dua kutub yg terus berperang dan saling berusaha mendominasi. Lalu mana yg paling baik? Apakah kanan atau kiri?

Semuanya perlu keseimbangan, karena bila salah satunya dihalangkan justru akan muncul permasalahan berupa KEHAMPAAN & KETIDAK ADILAN = KEDZOLIMAN (TIDAK SEIMBANG)

Mari kita uji lewat sebuah pertanyaan. Bagaimana seseorang bisa dikatakan baik? Apakah karena ibadahnya? Atau sodaqohnya? Apa karena dia murid yg pandai? Atau orang yg murah senyum?
Kawan-kawan tentu bisa menjawabanya “ya, ya, ya, ya.”

Baca Juga:  Pola Asuh adalah Faktor Penentu

Memang, kita semua mengenal hal diatas sebagai kebaikan, tapi hal diatas ternyata pada waktu dan fenomena yg berbeda dapat menjadi suatu keburukan. Sehingga dapatlah suatu kesimpulan.

“Orqng baik adalah mereka yg timbangan kebaikan nya lebih berat dibanding timbangan keburukan.”

Lalu, siapa yg berhak mengukur itu? Apa indikatornya?

STOP! karena itu semua hak prerogatif tuhan dan tugas kita hanyalah berusaha menjalankan kehidupan sesuai pedoman tuhan.

Melalui sedikit gambaran diatas kita bisa memahami bahwa manusia cenderung berfikir, bertindak, berprilaku sesuai dengan tempat lingkungan ia berasal. Mereka bergerak sesuai kebiasaan yg ada. Kebiasaan menganggap yg baik itu selalu baik, dan menganggap yg buruk itu selalu buruk. Padahal 2 kutub ini dapat berubah dinamis sesuai konteks dan kondisi tertentu.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. 2: 216)

Maka mulai dari sekarang kita harus terbiasa membiasakan yg benar, bukan membenarkan yg biasa.

Sehingga bila kita telah pantas menjadi teladan dan diteladani maka itulah pemimpin sejati.

Tentu diri ini masih jauh sekali dari suatu kesempurnaan. Karena sempurna hanyalah milik Allah ta’ala.

Mari berproses. Wal ‘afu mingkum.
Yakinkan dengan iman
Usahakan dengan ilmu
Sampaikan dengan amal.
Yakin Usaha Sampai
YAKUSA 💚🖤
Wassalamualaikum wr wb

Irkham Magfuri Jamas
Ketua Umum MPO Koms. Untirta Pakupatan.

Lagi Trending