Opini

HOMINES SUMUS, NON DEI

Published

on

Oleh : Sulaiman ()

 

Semakin bertambahnya umur manusia, bertambah juga pengalamannya, Ilmunya, kebijakkannya dan kedewasaannya. Namun, tidak semua manusia dewasa bisa bijak secara pemikiran maupun sikap. Di samping semua kemampuan manusia itu bertambah, berkurang juga beberapa kemampuan lainnya. Seperti kekuatan fisiknya yang tidak _fit_ seperti muda dulu, penglihatannya semakin kabur, pendengarannya semakin samar, bahkan kemampuan ingatannya pun menurun.

 

Semua orang di dunia ini tahu akan keterbatasan-keterbatasan itu. Namun, tidak semua manusia sadar akan hal itu. Beberapa manusia menganggap bahwa dirinya tinggi jauh di atas derajat manusia lainnya. Secara sadar dan tidaknya, mereka terbutakan dari penyadaran kekurangan-kekurangannya.

 

Mengapa bisa terbutakan dari penyadaran kekurangan-kekurangan itu? Karena, mereka tertutupi dengan kemampuannya yang sering mereka anggap itu hebat. Mereka sering terbutakan akan hal-hal yang mereka miliki dan menepis semua kesadaran-kesadaran kecil di hatinya. Mereka sering merasa hebat atas semua pengetahuan dan cara mereka berfikir. Lalu manusia yang seringkali labil dalam pemikiran dan pengendalian emosinya itu, masih saja menganggap dirinya hebat.

Baca Juga:  Pendampingan dan Pembinaan UMKM di Daerah Kota Cilegon

 

Mereka tidak senang jika direndahkan. Namun, mereka merendahkan orang lain. Mereka tidak senang dihina, akan tetapi mereka menghina orang lain. Bahkan mereka tidak senang dibohongi, nyatanya mereka membohongi. Lihatlah betapa lemah dan labilnya seorang manusia itu! Dan mereka masih menganggap dirinya hebat?.

 

Banyak sekali dari mereka yang menyuarakan keadilan. Tidak jarang ketika mereka dipercaya untuk memangku dan menegakkan keadilan, mereka bahkan berperilaku jauh sekali dari kata keadilan. Mereka mengambil hak-hak orang lain melalui kebijakan dan aturan yang mereka buat sendiri. Naasnya mengatasnamakan kesejahteraan dan keadilan. Lihatlah sekali lagi perbuatan manusia itu! Sangat lucu bukan? Mereka menujukkan seakan-akan mereka adil sekali sambil menyembunyikan kemunafikan-kemunafikannya. Sungguh sangat lemah sekali manusia.

Baca Juga:  Post-Truth Era! Benarkah Masyarakat Indonesia Anti-Intelektualisme dan Korelasinya Terhadap Kemunduran Demokrasi

 

Berapa banyak manusia terkapar meninggal hanya dengan mahluk hidup kecil virus itu? Berapa banyak manusia masuk ke dalam rumah sakit jiwa disebabkan oleh pemikirannya sendiri yang sering mereka anggap hebat itu? Lihatlah manusia itu! Lemah sekali bukan? Namun lagi dan lagi mereka masih menganggap dirinya hebat di atas manusia-manusia rendahan (menurutnya).

Humines Sumus, Non Dei (kami adalah manusia, bukan Tuhan).

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Lagi Trending