Cerpen
Antara Ekonomi, Niqob, dan Wanita Tunasusila (Cerpen Berdasarkan Kisah Nyata)
Published
6 tahun agoon
Karya : Kanda Arif
Curah hujan semakin deras dan hawa dingin menggigit tulang menarik tubuhku semakin enggan beranjak dari tempat tidurku.Sesekali terdengar hembusan angin masuk melalui celah-celah kecil jendela kaca berlapis uap dingin. Malam itu serasa sunyi, yang terdengar hanya tetesan hujan yang semakin deras serta gelegar suara petir menemani suasana malam yang gelap, Menutupi keindahan malam kota serang. Jalanan terlihat sepi, pepohonan bergoyang-goyang tertiup hembusan angin hujan nan lebat, tangkai pohon berjatuhan dan daun-daun berserakan membuat jalanan terlihat kurang menawan.
“Aaaaaaahhh ……. Hujan nya bikin mager” gumamku.Tiba-tiba ponselku berbunyi, ku lihat ponselku, ternyata ada pemberitahuan permintaan pertemanan di Facebook dari seorang wanita dengan nama akun Annisa Syahda. Karena penasaran, dengan sedikit harapan nakal ala-ala anak muda zaman now laaaahhh…hehee…..
Detak jantung berdegup kencang saat kulihat photo profil nya terpasang foto seorang akhwat berhiaskan bingkai bunga berwarna merah, busana indah berwarna menambah pesona keanggunan dzurriah Siti Hawa itu, wajah oval dibalut krudung berukuran 150 cm dihiasi niqob indah pada bagian wajah, dan alis mata sedikit sayu menunjukkan sifat keibuan bak Siti Aisyah dalam lakon film ayat-ayat cinta.
“waw.. ini siapa ya? Mudah-mudahan aja mau jadi istri, bercadar lagi kan heheheeee…, tapi bagaimana caranya, wanita seperti ini biasanya gak mau menerima pesan singkatku jika hanya sekedar berbalas pesan” fikirku
Tanpa berfikir panjang aku kirimkan pesan singkat, setidaknya aku bisa sedikit bercakap-cakap walau hanya beberapa kalimat.jari-jariku seakan kaku saat hendak mengetik beberapa kata, beberapa kali aku mengetik dan dihapus diketik lagi hingga akhirnya ku beranikan diri menekan enter pesan ku pada nya.
“Assalamualaikum mbak,?
”Wa’alaikum salam, iya dengan siapa? dimana? Ada yang bisa saya bantu?”
“Ini kok kayak customer service di Bank ya?” fikirku.
“Mohon maaf sebelumnya mbak kenalkan namaku Syahid Nur Huda, aku merasa penasaran dengan wanita dibalik akun FB ini, bolehkah saya berkenalan dengan mbak?”
“iya boleh mas, silaturrahmi kan baik mas, trs mas penasaran knp? Kok bisa?”
“iya mbak aku penasaran karena takjub setelah melihat beberapa postingan mbak di beranda fb mbak,”
“waaaahhh kamu ini mas, masa hanya sekedar liat postingan di FB langsung terpincut, aneh kamu mas”
“yaaa….memang terdengar lucu sih mbak heheeee”
“kamu belum tau aku yang sebenarnya loh mas, klo mas tau siapa aku, aku yakin mas akan kaget dan pastinya gk bakal mau kenal lagi sama aku”
Aku sedikit heran, kenapa wanita ini bisa berkata seperti itu? Padahal aku yakin dia adalah wanita shalehah. Yaaa… memang sedikit lucu juga, aku cepat kagum hanya karena melihat postingan-postingan pengetahuan agama dan foto-foto wanita bercadar di beranda FBnya.
“Hhhhmmmm…. Knp mbak bilang begitu? Apa Ada sesuatu yang berbeda dari mbak?”
“Saya ini…..saya seorang WP mas”
“Apa itu WP mbak? Wedding promotion ya…heheeee”
“Bukan mas, … WP itu singkatan dari wanita pemuas,”
Seketika itu tubuhku gemetar, jantungku berdetak cepat tak beraturan, rasa takjubku seketika hilang namun berganti dengan rasa iba yang tumbuh lantaran ucapannya sejak awal seakan berkecil hati dan merasa rendah sehingga takut untuk berkenalan dengan pria yang hendak mengenalnya dari berbagai sisi kehidupan. Yaaahhh…. Perkataan itu …”klo mas tau siapa aku, aku yakin mas akan kaget dan pastinya gk bakal mau kenal lagi sama aku” perkataan ini menunjukkan kekecewaan pada diri sendiri, meratapi nasib yang menimpa jiwa yang suci seperti tak berguna lagi, merasa tidak layak dan tidak mungkin dapat menikmati romantisme pasangan suami istri.
“Ya Allah mbak….hhhmmm klo begitu kapan mbak kita bisa bertemu?”
“Untuk apa”
“Aku ingin berbincang-bincang dengan mbak, boleh?”
“Oooohhh ….iya boleh, mau kapan? Dan dimana?”
“Besok malam ba’da isya bisa? Di RM Salero Kito”
“Ok”
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 19:45 WIB, aku masih sendiri di meja makan. Sesekali kumainkan jari-jariku di atas meja untuk mengurangi rasa bosan menunggu. Terlihat banyak orang yang sedang asyik ngobrol sambil menikmati hidangan malam. Meja sebelah kiriku di isi oleh dua orang paruh baya mengenakan pakaian dinas seperti seorang birokrat sedang lahap menikmati hidangannya, sedikit terdengar seperti sedang membicarakan Pilpres 2019. Tidak lama kemudian seorang wanita mengenakan gamis warna merah terlihat anggun, langkah kaki begitu santai, balutan hijab niqob satu warna dengan gamis terlihat selaras
“Assalamualaikum, eh maaf ya telat pasti lama nunggu yah, hehee” sapa Annisa
“Wa’alaikum salam, gk kok santai aja, aku jg belum lama kok” jawabku.
Kami berdua terlihat begitu kaku, karena mungkin kami baru saling mengenal, Apalagi aku baru kali ini aku dapat berbicara langsung dengan wanita bercadar. Sudah lama aku mengagumi wanita bercadar namun aku selalu takut untuk menjalani proses ta’aruf. Bagiku wanita bercadar itu merupakan sosok wanita yang sempurna, perfect moral and perfect figure, aaaahhh …. That’s the most beautiful dream of my life is to marry a veiled woman.
“Ini bener kamu mbak Annisa?” Tanyaku “Iya ini aku, kenapa gitu?”
“Yaaa…. Beda aja, aku kira kamu pakai pakaian mini gitu”
“Ya gk lah mas, aku gk suka pakai pakaian yang kayak gitu, yaaaa,, walau aku seorang WP(wanita pemuas) aku gak suka aja, dari dulu aku senang memakai pakaian begini, dan memang sih banyak orang yang suka nyinyir sama aku ‘berkerudung kok jual diri‘, tp aku terima dan memang ini keadaanku, mereka begitupun karena sikap dan perbuatanku tidak sesuai dengan penampilanku”
“Hhhmmm… iya iya… Memang awal nya gimana mbak kok bisa masuk dalam lingkaran terlarang begini?” Aku semakin penasaran.
“Dulu saat kecil, aku anak yang sangat disayang oleh kedua orang tua ku, hampir semua keinginanku, orang tua turutin, walau begitu, ayah dan bundaku selalu mengajarkan ku ilmu agama, bahkan diusia yang terbilang masih kanak-kanak aku sudah pandai membaca alqur’an, aku bersyukur tumbuh dalam lingkungan keluarga yang faham agama, sejak kecil pun aku selalu menggunakan kerudung, karna ibuku selalu bilang “kalo main gak pake kerudung nanti ditusuk jarum pentol sama Allah”…. Ya Allah aku rindu kata-kata itu” ceritanya sambil menahan tangis.
“Tahun semakin berubah, memaksaku untuk semakin tumbuh dan meninggalkan masa kanak-kanakku, menjadi seorang gadis belia yang masih membutuhkan kasih sayang ayah dan bunda.Keindahan masa-masa gadis yang ku impikan ternyata berbalik 90 derajat, ternyata masa gadis yang ku impikan merupakan pintu masuk dalam lingkaran terlarang ini,” lanjutnya.
Aku hanya mendengarkan, tak berani memotongnya saat sedang bercerita.
“Tepatnya ketika aku sekolah kelas 3 SLTP, ayahku meninggal, singkat cerita aku tinggal dirumah hanya berdua dengan ibu, puncak nya ketika aku masuk SLTA, kami berdua mengalami kesulitan, penghasilan ibu dari menjual uduk dan gorengan tidak mencukupi kebutuhan kami, belum lagi buat jajanku sekolah, dengan terpaksa aku mencoba menjajakan diriku di sosmed, aku buat banyak akun Fb ada 4 akun Fb yang ku punya. Pertama kali aku menyerahkan keperawananku pada pria hidung belang dengan harga 3 jt 500, ketika itu aku baru berusia 16 tahun, di usia ini aku harus merasakan sesuatu yang belum layak dilakukan oleh gadis seusiaku, awalnya aku merasakan kesakitan bahkan dua tiga hari setelah berhubungan intim aku masih merasa sakit badanku pun sampai demam. Karena memang lelaki itu menggagahiku dengan beringas tanpa ada rasa cinta namun dipenuhi nafsu binatang,” ia berhenti sambil menahan marah bercampur sedih saat kembali mengingatnya.
Mendengarnya, aku merasa iba dan marah. Namun sekali lagi, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Yang saat ini ia ceritakan adalah masa lalunya.
Ia pun melanjutkan ceritanya.
“Semenjak saat itu, setelah beberapa kali aku melakukan hubungan, tiba-tiba muncul rasa ketagihan , aku menjajakan tubuhku bukan lagi karena faktor ekonomi saja namun karena untuk memuaskan diriku sampai sekarang. Tapi ada satu hal yang perlu mas tahu, tidak setiap kali aku melakukan hubungan intim dengan pria lain aku merasa kan kenikmatan, justru hati aku menjerit mas! Tidak jarang aku menangis sendiri setelah melakukan hubungan badan. Tapi bagaimana lagi, penyakit ini yang selalu mendorongku melakukannya. Kecanduan seks itu sama dengan kecanduan narkoba mas, bahkan lebih dahsyat, aku pun pernah menyayat-nyayat tangan dan membenturkan kepalaku karena aku tidak bisa melampiaskan nafsuku. Yaaahhh, Itu lah perjalananku mas semoga Allah segera memberiku pertolongan dengan caranya, sehingga aku bisa keluar dari lingkaran ini” ia mengakhiri ceritanya.
“ya Allah mbak ….” Aku menghela nafas, air mataku hampir menetes mendengar cerita hidupnya, diusia muda ia harus menanggung beban berat seperti ini.
“yaaaahh….penyakit iblis itu…..aku harus mengeluarkan dia dari penyakit itu dan lingkaran setan ini. Aku harus menikahinya. Tiada cara lain selain menikahinya” fikirku.
“hmmm mbak ….klo misal ada pria ngajak nikah, mbak mau?”
“Aduuuhh mas, siapa yang mau nikah sama aku, aku ini WP, mana mungkin lelaki baik mau menikahiku, lelaki bejat seperti mereka yang datang padaku aja belum tentu mau” jawabnya sambil menundukkan kepala, terlihat mata nya tak sanggup menampung air mata, air mata itu jatuh menetes, air mata penuh luka, air mata pilu, air mata yang keluar karena duka bukan karena cinta ataupun bahagia.
“Aku mbak. Aku yang akan nikahin mbak. Bulan ini kita nikah mbak, aku serius demi Allah disaksikan dengan langit dan bumi aku siap menikah dengan mbak” jawabku mantap.
Catatan : Cerita ini fiktif, namun berdasarkan kisah nyata. Nama dan tempat disamarkan.
You may like
Click to comment
Advertisement
Opini3 hari ago
Pleno III PB HMI 2025: Sebuah Catatan Serius bagi Peserta Kegiatan
Editorial1 bulan ago
Quo Vadis HMI MPO Cabang Serang: Refleksi Pasca Pilkada 2024
Kabar Nasional2 bulan ago