Rifqi yang merupakan mahasiswa semester 7 Universitas Banten Jaya (Unbaja) ini berharap, melalui Pramuka, dapat mencetak pemuda yang berwawasan luas dan juga cakap dalam berbagai bidang.
“Pramuka harus tetap hidup, dipandang sangat diperlukan di Pamarayan. Karena tonggak peradaban remaja dan pemuda itu DKR Pamarayan,” ungkapnya.
Dia juga menuturkan, setidaknya dari dunia Pramuka seorang pemuda mampu melakukan aksi nyata di masyarakat sebagai bentuk implementasi Tri Satya dan Dasa Dharma.
“Karena framing masyarakat, ketika sudah lulus SMA, minimal bisa memimpin kegiatan PHBN,” ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, ia menikmati setiap proses yang menghantam dirinya. Ia menyadari kebutuhan akan skill dan relasi. Hal itu juga tidak terlepas dari peran sang ayah, yang menjadi motivator dikala ia sedang dilema antara terus atau berhenti memeluk dunia Pramuka.
“Pertama kali pulang dharma bakti, saya ditanya oleh bapak, dan responnya yang luar biasa. Tidak bisa lupa sampai saat ini,” ungkapnya
Setelah dilantik sebagai penegak Bantara di Pamarayan. Pertama kali melalukan dharma bakti (pengabdian), ia mengajar di sebuah SDIT di Kampung Cikoak, Desa Pasir Kembang, Pamarayan.
“Momen itu tidak bisa dilupakan, namanya baru pertama kali mengajar. Bisa dibilang panas dingin, dan nggak bisa sekreatif yang lain,” katanya.
Rifqi termotivasi untuk bisa mengoperasikan komputer dan gadget kala itu. Pikirnya, dengan menguasai perangkat semacam itu, semua akan jadi lebih mudah.