Tentang Rasa

Perjalanan Rasa

Published

on

Oleh: Kanda Ahmad Robiyana, Kader MPO Komisariat Untirta Pakupatan

Awal pertama, memang perasaanku ini sedang membutuhkan kasih sayang seorang wanita selain ibu. Yaah aku butuh wanita yang mau berjuang bersama dan membuatku semangat untuk . Saat itu juga mulailah aku mencari seorang wanita yang menurutku cocok dan pas untukku ke depannya.

Pada saat itu aku tidak mengenalnya, dan saat itu pula aku tidak memiliki rasa untuk suka padanya. Seiring berjalannya waktu, saat itu dia begitu asyik ketika diajak berkomunikasi, lambat laun perasaan suka pun seketika muncul.

Aku merenungi, Ya Allah secepat inikah perasaan suka ini? Atau memang ini adalah ujian-Mu? Berikan hamba petunjuk-Mu ya Allah.

Hari demi hari, mendengar orang yang aku taksir ini terlibat masalah mental. Trauma untuk dekat dengan pria, yaa aku tidak menyebutkan apa masalahnya, yang pasti dia benci karena ketidak sopanan yang dilakukan pria tersebut. Mendengar hal itu aku pun kesal, marah, benci bahkan hampir tidak dapat mengontrol emosiku, karena pria itu menganggap semurah itu wanita yang aku sukai, sehingga dia berani bersikap di luar norma.

Kejadian itu hanya aku, dia (wanita yang aku sukai), dan Allah yang tahu. Saat itu dia bercerita padaku, setelah mendengar ceritanya emosiku langsung bergejolak karena aku tidak sudi wanita yang aku sukai ini diperlakukan begitu.

Baca Juga:  Menelusuri Keaslian Uang Rupiah

Kemudian dia pun menenangkan hatiku. Awalnya aku ingin melaporkan kepada pihak berwajib, namun wanita itu meminta untuk tidak usah memperpanjang masalahnya. Akhirnya aku pun mengikuti permintaannya dan aku hanya berpesan kalau terjadi apa-apa dengannya tolong hubungi aku.

Wanita itu pun menjawab “Iya kak makasih ya.” Hari demi hari aku mulai menjaga jarak, tidak lagi rutin mengirimkan pesan kepadanya, sebab aku khawatir dia merasa risih. Dan yaa perasaanku masihku pendam, belum aku ungkapkan.

“Andai saja dia tahu, bagaimana sikap dia yaa sama aku?”

Masih ada rasa khawatir dalam benakku jika aku mengungkapkan perasaan ini. Pertama, jika ia tahu pasti dia menghindar dariku. Kenapa? Karena dia masih meresponku dengan sikap yang dingin, cuek. Jadi lebih baik aku memendamnya, walaupun kadang merasa ada yang mengganjal di hati.

Baca Juga:  Melapangkan Lahan Parkir untuk Pengembaraan Hati

Kedua, aku merasa tahu diri dan tahu posisi. Artinya aku dengan latar belakang keluarga kurang mencukupi, sedangkan dia keluarga yang tercukupi artinya dia orang punya. Disinilah aku mulai sadar diri dalam hal itu. Akan tetapi dengan dukungan teman-temanku, aku bertekad untuk memperjuangkannya, sampai akhirnya aku merasa lelah untuk berjuang.

Perlu diketahui berjuang sendiri itu tidak enak dan tidak adil dalam suatu hubungan. Maka hargailah orang yang berjuang sendiri demi mendapatkanmu. Wanita atau pria memang banyak, tapi orang yang berjuang sendiri mati-matian itu langka, susah ditemukan.

Hubungan tak sempurna dari sepasang manusia, yang menyadari bahwa hidup tak melulu baik-baik saja. Tetapi bersama-sama menghadapi hidup dengan ketegaran, keteguhan, dan perjuangan akan membuat kalian baik-baik saja.

A. Robiyana, Penghujung Oktober 2021

Tulisan ini hanya sekedar imajinasi di malam yang gelap gulita, hampa tanpa suara.

Lagi Trending