Kabar Literatur PB HMI (MPO)
Beranda » Muhamad Ahyar Menuju Pekanbaru: Anatomi Pencalonan dan Harapan Spritual Kongres XXXIV HMI

Muhamad Ahyar Menuju Pekanbaru: Anatomi Pencalonan dan Harapan Spritual Kongres XXXIV HMI

Muhamad Ahyar yang merupakan Kader HMI cabang Mamuju yang saat ini menduduki jabatan ketua Badan Koordinasi Sulawesi Selatan dan Barat. (cr/suarahimpunan)
Table of Contents+

    SUARAHIMPUNAN – Ribuan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dari seluruh Nusantara mulai berdatangan ke Pekanbaru. Sore hari yang disertai hujan gerimis ini, kota Bertuah seakan jadi saksi bagi mereka yang membawa harapan, aspirasi, dan mimpi-mimpi besar tentang masa depan organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia.

    Kongres ke-34 HMI kali ini, mengusung tema “Implementasi Ulul Albab untuk HMI Menyejarah”. Tema tersebut diharapkan bukan sekadar perhelatan seremoni rutin lima tahunan saja, tetapi harus menjadi titik balik sejarah bagi arah pergerakan HMI di zaman yang penuh gejolak ini.

    Seperti biasa, atmosfer politik menjelang kongres HMI selalu dinamis. Sudut kota Pekanbaru seakan jadi saksi, mulai dari hotel berbintang hingga rumah makan sederhana, menjadi ruang untuk berdiskusi secara intens dan serius. Semua kader HMI, baik yang senior maupun junior secara egaliter duduk bersama larut dalam perdebatan konstruktif penuh gairah untuk membahas visi-misi para calon yang namanya sudah mencuat ke permukaan untuk menduduki pucuk pimpinan organisasi mahasiswa islam tertua di Indonesia itu.

    Tiga nama besar telah mengkristal sebagai kontestan utama dalam bursa pencalonan Ketua Umum Pengurus Besar HMI periode 2025-2027. Pertama, sang Jenderal yang kembali mencoba peruntungan untuk ketiga kalinya dengan pengalaman dan jaringan yang telah teruji. Kedua, putra dari tokoh senior HMI Makassar yang mendapat dukungan kuat dari kalangan pemodal besar di lingkungan HMI. Ketiga, mantan Jenderal yang memasuki arena kontestasi dengan sokongan penuh dari kekuatan penguasa HMI yang akan segera berakhir masa jabatannya.

    Yang menarik perhatian dari dinamika kongres kali ini, munculnya nama penantang dari generasi baru yang akan menjadi puncuk pimpinan tertinggi HMI. Ia tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga punya pemahaman komprehensif tentang kondisi zaman. Ia adalah Muhamad Ahyar yang merupakan Kader HMI cabang Mamuju yang saat ini menduduki jabatan ketua Badan Koordinasi Sulawesi Selatan dan Barat. Ia merupakan salah satu kader terbaik yang dimiliki bumi Manakarra, Sulawesi Barat. Ia membawa tema “Ulul Albab” untuk dibawa dalam semangat kongres kali ini.

    Berkomitmen Membentuk Kader-kader Visioner, HMI MPO UIN Banten Sukses Gelar Basic Training Hingga Jilid 3

    Tema “Ulul Albab” bukan ia asal pilih, tetapi mengandung makna dan sejarah yang mendalam bagi peradaban manusia, terkhusus umat Islam. Dalam tradisi Al-Qur’an, Ulul Albab sendiri merujuk pada sosok yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan rasional dan kebijaksanaan spiritual. Mereka adalah orang-orang yang mampu melihat tanda-tanda kebesaran Allah dalam fenomena alam dan sosial, kemudian mentransformasikannya menjadi aksi nyata untuk kemaslahatan umat.

    Dalam konteks HMI kontemporer, konsep Ulul Albab sendiri adalah jawaban atas krisis kepemimpinan yang melanda berbagai lini kehidupan bangsa. Sebagai organisasi yang telah melahirkan ribuan pemimpin nasional, HMI seharusnya dituntut untuk kembali memproduksi kader-kader yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas moral dan komitmen kebangsaan yang tinggi.

    Para calon pemimpin HMI periode mendatang, seharusnya menyadari betul bahwa nantinya mereka tidak hanya akan memimpin organisasi mahasiswa biasa, melainkan sebuah institusi yang memiliki tanggung jawab sejarah untuk melahirkan generasi Ulul Albab Indonesia. Visi-misi yang mereka tawarkan pun harus mencerminkan pemahaman mendalam tentang kompleksitas tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di abad ke-21.

    Dari perspektif sosiologi organisasi, proses pencalonan dalam Kongres ke-34 HMI ini menunjukkan gejala demokratisasi internal yang semakin matang. Berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya yang cenderung didominasi oleh elit senior, kali ini terlihat partisipasi aktif generasi muda yang membawa perspektif segar dan berani mengajukan alternatif kepemimpinan.

    Peta kekuatan dalam pencalonan menunjukkan adanya tiga kutub utama. Kutub pertama adalah kelompok yang menekankan modernisasi dan profesionalisme organisasi. Mereka mengusung visi HMI sebagai think tank yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam perumusan kebijakan publik.

    HMI MPO Dompu Raya Desak Bupati Tindaklanjuti Dugaan Tipikor Dikpora

    Kutub kedua adalah kelompok yang fokus pada penguatan gerakan sosial kemasyarakatan, dengan menekankan peran HMI sebagai agent of change di tingkat akar rumput. Kutub ketiga adalah kelompok yang memprioritaskan konsolidasi internal dan penguatan sistem kaderisasi.

    Ketiga kutub ini jika kita telaah, tidak bersifat antagonistik, melainkan saling melengkapi dalam kerangka visi besar HMI Menyejarah. Dialog-dialog yang berlangsung menjelang kongres menunjukkan kematangan politik internal HMI yang mampu mengelola perbedaan pendapat menjadi kekuatan sinergis.

    Frasa “HMI Menyejarah” dalam tema kongres memiliki makna ganda yang menonjol. Secara literal, ia memiliki arti bahwa HMI sebagai mencatat atau menulis sejarah. Secara filosofis, ia merujuk pada HMI yang membuat sejarah baru dalam pergerakan mahasiswa Islam Indonesia.
    Kepemimpinan HMI periode 2025-2027, diharapkan mampu mewujudkan kedua makna tersebut. Mereka harus dapat mendokumentasikan dan melestarikan sejarah perjuangan HMI, sekaligus menciptakan bab-bab baru yang lebih gemilang dalam sejarah organisasi.

    Proyeksi yang paling realistis dilakukan, yakni membawa HMI menjadi organisasi mahasiswa Islam yang paling berpengaruh di Indonesia. Dengan kepemimpinan yang visioner dan program-program yang inovatif, HMI diharapkan dapat menjadi rujukan bagi gerakan mahasiswa Islam di kawasan Asia Tenggara, bahkan dunia.

    Akan tetapi yang perlu diingat, tujuan tersebut hanya akan tercapai jika pucuk pimpinan yang terpilih nanti, benar-benar mampu dan taat mengimplementasikan konsep Ulul Albab dalam setiap aspek kepemimpinannya. Mereka harus mampu menjadi teladan dalam integritas, inovasi dalam berorganisasi, dan konsistensi dalam memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.

    Formatur Terpilih Dinilai Lalai, Sejumlah Peserta Kongres HMI di Pekanbaru Terlantar Menjelang Idul Adha

    Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat Pekanbaru, ribuan kader HMI berkumpul dalam shalat maghrib berjamaah. Di dalam doa-doa mereka terpanjat harapan yang sama: semoga Allah SWT memberikan petunjuk dan berkah bagi kongres yang akan segera dimulai.

    Kongres XXXIV HMI bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi tentang memilih masa depan. Bukan hanya tentang organisasi, tetapi tentang bangsa. Bukan hanya tentang dunia, tetapi juga tentang akhirat.

    Keputusan yang akan diambil dalam kongres ini akan bergema tidak hanya di auditorium tempat berlangsungnya acara, tetapi juga di setiap sudut tanah air tempat alumni HMI berkiprah. Mereka adalah menteri, bupati, rektor, hakim, pengusaha, dai, dan profesi lainnya yang menanti arah baru dari almamater tercinta.

    “Allahumm aslih li dini alladhi huwa ‘ismatu amri” – Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi benteng urusanku. Inilah doa yang terus bergema di hati setiap kader HMI menjelang detik-detik bersejarah dimulainya Kongres XXXIV.

    Sejarah akan mencatat bahwa Pekanbaru, 25 Mei 2025, adalah hari dimulainya babak baru perjalanan HMI menuju kejayaan yang sesungguhnya. Hari dimulainya implementasi Ulul Albab untuk HMI yang benar-benar menyejarah. Wallahu a’lam bishawab.

    Komentar

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *